Mengkaji Dorongan Mas Menteri Sandi Kepada Sineas
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mendorong pelaku ekonomi kreatif khususnya di subsektor film aktif berkarya dengan penuh kreativitas serta berani mengambil risiko seperti memilih genre yang tidak selalu mengikuti selera pasar.
Menparekraf mengatakan hal itu ketika memberi sambutan secara daring di acara ‘Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Subsektor Film’, pada Senin (30/1/2023).
Mengambil risiko dalam berkarya, kata Mas Menteri — begitu ia biasa dipanggil di lingkungan kementerian — adalah salah satu kriteria penting agar sukses menjadi seorang sineas atau pelaku subsektor film.
Cukup menarik apa yang disampaikan Mas Menteri. Tetapi jarang pendapat seperti itu akhirnya hanya berlalu seperti angin. Tak ada yang menggubris, mungkin tak ada juga yang menganggap itu sebagai masukan, dorongan, atau motivasi dalam berkarya.
Selama ini sineas bukan tidak mau mengambil resiko dalam berkarya dengan menyodorkan alternatif cerita atau tema-tema baru, tetapi persoalannya pada duit, atau modal produksi.
Dalam hal permodalan, sineas bukanlah faktor penentu. Produser atau funding yang menentukan. Produser, apalagi yang sudah makan asam garam di dunia perfilman, tentu tidak mau berjudi dengan uangnya, walau pada dasarnya, membuat film itu sendiri sudah berjudi, karena tidak ada seorang pun, bahkan produser kawakan, yang berani memastikan filmnya bakal laris di pasaran.
Produser kawakan Ram Punjabi pernah mengatakan, “Jika ada yang bisa menjamin membuat film laku, saya akan bayar berapapun yang diminta.”
Dalam membuat film, Ram sudah memakai berbagai jurus kuncian untuk menarik penonton datang ke bioskop menonton filmnya. Mulai dengan pemilihan cerita, tema, penulis skenario, sutradara hingga pemain yang jadi idola. Ternyata kecukupan persyaratan itu tidak juga membuat penonton tergiur. Banyak film layar lebar produksi perusahaannya, jeblok di pasaran.
Lalu apa kelebihan Mas Menteri Sandi dibandingkan Ram Punjabi yang sudah makan asam garam hingga ke kuah-kuahnya dunia perfilman? Bukan mengecilkan, jelas Mas Menteri belum ada apa-apanya. Logikanya, kalau Mas Menteri tahu rumus membuat film, sebagai menteri terkaya di kabinet saat ini, pasti dia juga akan membuat film. Bukankan Mas Menteri Sandi seorang pengusaha?
Pemerintah dalam hal ini Kemenparekraf/Baparekraf, janji Sandi, akan memfasilitasi dengan memberikan pendampingan maupun hal-hal lain yang diperlukan pelaku ekraf dalam mendukung ekosistem perfilman tanah air. Pelatihan ini menjadi salah satu upaya nyata bahwa Kemenparekraf/Baparekraf hadir dengan program-program yang dibutuhkan masyarakat.
Pelatihan seperti apa yang akan diberikan pemerintah? Khususnya Kemenparekraf / Barekraf kepada sineas?
Mas Menteri sepertinya perlu tahu, mungkin juga sudah tahu — bahwa di perfilman Indonesia saat ini banyak sineas atau tenaga kreatif yang sudah sangat mumpuni, kalau hanya sekedar membuat film. Mau tema seperti apa? Sineas kita sudah bisa. Produser juga jumlahnya ratusan. Yang bergabung di Persatuan Produser Film Indonesia saja ada 100 lebih produser. Tetapi yang masih bikin film, tidak sampai sebanyak jari tangan.
Kabar terbaru, yang kedengarannya lucu, BUMN seperti Produksi Film Negara (PFN), ketika punya dana membuat film, malah membuat film horor!
Yang Mas Menteri perlu tahu, dunia film Indonesia seperti rimba belantara yang penuh binatang buas, di mana yang kuat sangat mudah memakan yang lemah.
Di dunia film Indonesia, pemerintah membuat regulasi, tetapi pada prakteknya bukan regulasi buatan pemerintah yang dipakai. Ada kekuatan tertentu yang sangat menentukan bagi maju mundurnya perfilman Indonesia. Dan pemerintah melalui organnya seringkali tidak berdaya menghadapinya.
Sudah menjadi rahasia umum, kementerian yang membawahi perfilman hanya diisi orang-orang yang hanya menangani administrasi tetapi bukan penentu kebijakan strategis. Sementara UU Perfilman, alih-alih berfungsi sebagai mercu suar, sebagian pasalnya hanya menjadi pamflet.
Jadi kalau Mas Menteri Sandi mau tahu, mulailah mencoba sendiri membuat film beresiko, agar tahu seperti apa resikonya membuat film. Selamat mencoba! (herman wijaya)