Jakarta, Defacto – Cerita anak yang sangat terkenal “The Little Mermaid” (Putri Duyung Kecil) akan muncul dalam sebuah pertunjukkan musikal panggung (semacam opera) yang mewah produksi Big Ben Music Academy untuk Musik, dengan Sutradara dan koreografer kami adalah Francis Casas Masnayon. Pementasan akan berlangsung bukan Oktober mendatang, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Pertunjukan drama musikal “The Little Mermaid” Ini akan menggunakan Bahasa Inggris, sehingga menjadi tontonan yang menarik bagi mereka yang ingin menguji kemampuannya berbahasa Inggris.
Menurut pimpinan Big Ben Academy, Hidajat Firdaus dan Linda Li, tontonan ini layak disaksikan oleh semua kalangan. Apalagi di tengah serbuan gadget yang demikian masif, kita semua perlu kembali melihat pertunjukkan yang memiliki nilai-nilai pendidikan yang baik untuk anak-anak.
“Kami juga menyisipkan pesan moral yang kuat dalam pertunjukkan ini, sehingga sangat layak ditonton oleh anak-anak,” ungkap sutradara, Francis Casas Masnayon, yang berkebangsaan Filipina, di Studio Big Ben Academy, Pantai Indah Kapuk I, Jakarta Utara, Selasa (26/8/2025)
“The Little Mermaid” (Putri Duyung Kecil) adalah cerita dongeng yang berasal dari Denmark, ditulis oleh Hans Christian Andersen pada tahun 1837. Ceita ini mengisahkan tentang seorang putri duyung muda yang jatuh cinta dengan seorang pangeran manusia dan ingin menjadi manusia untuk bersamanya. Ia membuat perjanjian dengan penyihir laut untuk menukar ekornya dengan kaki, tetapi dengan harga yang sangat mahal.
“The Little Mermaid” menjadi salah satu karya Andersen yang paling terkenal dan telah diadaptasi menjadi berbagai bentuk, termasuk film animasi Disney yang populer pada tahun 1989. Namun, versi Disney memiliki akhir yang lebih bahagia dan berbeda dari cerita asli Andersen.
Kisah “Si Putri Duyung” dalam pementasan ini juga akan berakhir happy ending. Si putri duyung Ariel yang pandai bernyanyi dan jatuh cinta pada manusia, diizinkan untuk berubah menjadi manusia, menikahi Pangeran impiannya, dan kedua dunia pun bersatu.
Namun sayangnya, menurut Hidajat pula, pertunjukkan berbayar mahal ini tidak mendapat dukungan dari sponsor.
“Ada 13 perusahaan yang kami kirimi permintaan sponsor tidak ada yg merespon. Alasan mereka umumnya karena keadaan sekarang sedang sulit. Kami juga minta kepada Pemkot Jakarta Utara, agar bus-bus karyawan yang nganggur pada hari libur, bisa dipakai untuk mengangkut anak-anak sekolah dari sekolah berprestasi yang ingin datang ke TIM. Tapi permintaan ini pun tidak ditanggapi,” papar Hidayat.
Agar pertunjukkan nanti tidak sepi, walau pun pihaknya harus rugi, Big Ben Academy mempersilakan penonton untuk membayar tiket penonton melalui pay later.
“Kalau tiketnya empat ratus ribu rupiah, bisa bayar dua ratus ribu dulu, sisanya bisa dicicil melalui pay later, asal calon penonton berjanji akan jujur,” katanya, serasa menambahkan itu merupakan opsi yang masih dipertimbangkan.
Sebagian besar pemeran utama adalah murid-murid Big Ben Academy. Para pemeran dipilih berdasarkan pengetahuan bribadinya tentang kemampuan masing-masing murid.
“Anggota pemeran lainnya mengikuti audisi melalui Komunitas Teater Musikal yang didirikan tahun lalu,” kata Asisten Direktur Big Ben Academy, Constantine Untung. (hw)