Home / Esai

Rabu, 6 September 2023 - 10:19 WIB

AHY Move-On

AHY MOVE-ON. Koalisi Demokrat- Nasdem bubar. Demokrat ditinggal, atau dikhianati, digarot musang berbulu domba, dan Anies – Muhaimin dideklarasi Nasdem, AHY pun batal jadi Cawapres Anies. Maka baliho Anies-AHY diturunkan, kemarahan muncul, sumpah serapah menggebah, dan curhat SBY nyaris dilaporkan ke polisi.

Tapi, AHY mencoba kalem. Pidato sudah bisa move-on, mengucapkan selamat kepada Anies – Muhaimin. Partai Puan dan Partai Prabowo menawarkan bergabung. Entah ke mana AHY berlabuh. Saat ini pasti sedang nego.

Baca Juga  Pulung Wahyu Makutharama

Tapi, sebagai parpol yang menyerukan perubahan, tentu tidak mudah gabung dengan mereka yang tegak lurus melanjutkan program Jokowi. Terlalu banyak perubahan, kritik dan celaan AHY pada kebijakan Jokowi. Bagaimana cara menelan kembali semua yang pernah diumbar dalam pidato AHY? Dimintakan maaf dan dilupakan? Bergabung dan mendukung kebijakan Jokowi yang pernah disalahkannya?

Saya jadi teringat pada politik “perang bedeng” yang lazim dipakai ronin jalanan untuk menyelesaikan perkara mereka–utamanya menjaga penguasaan tanah. Dua bohir membayar dua kelompok, bedeng penjagaan dibangun. Bos dua kelompok bertemu, deal melakukan “perang bedeng”. Terjadi serangan. Bedeng dihancurkan kelompok penyerang, kelompok bertahan minggir. Tidak ada korban jiwa. Bohir harus keluar biaya lebih banyak, “perang bedeng” kembali terjadi, tanpa korban jiwa, dan biaya bohir diam-diam dibagi oleh dua kelompok ronin jalanan.

Baca Juga  Wisata Puncak Gunung Dempo, Oii Indahnya!

Bagi mereka yang pernah meronin di jalanan, politik “perang bedeng” adalah realita faktual yang biasa saja. Cerdas, cerdik dan tidak merugikan masyarakat dan hanya membuat seram khalayak –itu pembenarannya. Hanya bohir yang mesti bayar.

Baca Juga  Buah Simalakama untuk Santriwati Korban Rudakpaksa Pimpinan Ponpes di Bandung

Bagi ronin jalanan, move-on bisa berjalan santai damai atau berdarah-darah jika ada yang berkhianat. Move-on dalam parpol menjadi rumit, palsu, dan sulit ditebak ujungnya lantaran telalu banyak musang berbulu dombanya. **

Harry Tjahjono
6/9/2023

Share :

Baca Juga

Esai

Antara Tampines dan Tapera
IBU KOTA BARU

Esai

Menyimak Identitas Ibu Kota yang Baru dan yang Lama

Esai

Musang Bajingan

Berita

Presiden Bertanggungjawab

Esai

Mengunjungi Bayshore, Stasiun MRT Baru di Singapura

Esai

Via Dolorosa

Berita

Widji Thukul
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu (IV):