Home / Wisata & Budaya

Jumat, 11 April 2025 - 09:21 WIB

Toleransi di Jalan South Bridge Singapura

China Town Singapura, Defacto – South Bridge Road di kawasan Pecinan (China Town) Singapura — sebagaimana umumnya tempat-tempat di Singapura — merupakan kawasan bisnis yang ramai, tertata dan tertib. Di jalan ini masih banyak bangunan-bangunan tua yang terawat dengan baik, yang menambah keindahan kawasan China Town.

Yang paling menarik dari Jalan South Bridge ini adalah, terdapat 3 (tiga) tempat beribadah dari 3 umat beragama yang dominan di Singapura, yakni Muslim, Hindu dan Budha. Ketiga tempat ibadah itu ialah Masjid Jamae Chulai, Kuil Hindu Sri Mariamman, dan Buddha Tooth Relic temple & museum.

Ketiga tempat ibadah dari tiga agama itu terletak tidak berjauhan. Masjid Jamae dan Kuil Sri Mariamman hanya dipisahkan oleh Jalan Pagoda (Pagoda Street) dan sebuah Gedung lain yang menempel dengan masjid, dan Wihara Budha berjarak 240 meter dari Kuil Sri Mariamman.

Pagoda Street merupakan jalan menuju China Town Street Market yang menjadi tujuan utama para wisatawan bila mengunjungi kawasan China Town. Di tempat inilah berbagai suvenir dijual, juga terdapat tempat bersantai untuk menikmati makanan enak dan minum bir, juga panti pijat bagi yang ingin melemaskan otot.

Baca Juga  Varian Baru Covid-19 Merebak di Afrika, Ketua DPD RI Minta Segera Tutup Pintu untuk Negara Teridentifikasi

Kuil Sri Mariamman dan Buddha Tooth Relic temple & museum juga terbuka untuk wisatawan, asalkan para wisatawan mematuhi ketentuan yang dibuat. Bila ingin masuk ke Kuil Sri Mariamman, pengunjung harus melepas alas kakinya. Disediakan rak di sebelah kiri pintu masuk. Bagi wisatawan yang ingin memakai pakaian ibadah umat Hindu, juga disediakan kain khusus yang bisa dipakai selama kunjungan.

Wisatawan yang ingin masuk ke Buddha Tooth Relic temple & museum juga bebas melihat ke seluruh area bangunan, mulai dari lantai dasar hingga ke lantai 5. Cuma pengunjung tidak dipermalukan memakai topi, celana pendek atau tank top. Bagi yang memakai celana pendek, disediakan penutup.

Di Masjid  Masjid Jamae Chula, wisatawan tidak diperkenankan masuk ke dalam, kecuali bagi mereka yang ingin beribadah.

Baca Juga  Leane Suniar Susul Verawaty Fajrin

Yang menarik dari ketiga tempat ibadah itu adalah sejarahnya. Terutama bagi Kuil Sri Mariamman dan Masjid Jamae yang sudah menjadi bangunan bersejarah (heritage) di Singapura.

Masjid Jamae adalah salah satu masjid paling awal di Singapura, dan terletak di South Bridge Road di distrik Chinatown di Central Area. Masjid ini didirikan pada tahun 1826. Masjid Jamae adalah masjid pertama dari tiga masjid di Pecinan yang didirikan oleh keluarga Chulia, yang merupakan Muslim Tamil dari Pantai Coromandel di India Selatan.

Arsitektur Masjid Jamae yang indah memadukan tradisi eklektik, dari gaya India dan Islam hingga pengaruh barat dan Yunani. Gerbang masuknya memiliki pengaruh Indo-Islam India Selatan, sementara fitur neoklasik di ruang salat meliputi kolom Doric dan jendela besar dengan ubin kaca hijau Cina. Masjid ini juga memiliki kubah hijau yang berbentuk piramida, yang menyerupai masjid-masjid di India.

Kuil Sri Mariamman adalah kuil Hindu tertua di Singapura. Ini adalah kuil agamis, dibangun dengan gaya Dravida. Terletak di 244 South Bridge Road, di distrik pusat kota Chinatown, kuil ini melayani mayoritas Hindu Singapura, Tamil, di negara-kota. Kuil yang dirancang oleh arsitek Narindra Pillai ini dibangun pada tahun 1827.

Baca Juga  Instruksi Kapolri: Polda Metro Jaya Maksimalkan Respons Aduan Masyarakat

Buddha Tooth Relic temple & museum merupakan tempat ibadah termuda dari ketiganya. Tempat ibadah ini dibangun pada tahun 2007 dengan biaya $ 75 , 000 , 000 dolar Singapura ini Tang – gaya Temple tinggal di Chinatown. Di tempat ibadah ini terdapat ribuan patung, dua museum dan beberapa ruangan tempat ibadah. Meski pun berusia muda, keanggunan bangunan ini mengingatkan kita akan bangunan-bangunan berarsitektur China abad pertengahan. Sangat menarik mengunjungi tempat ini.

Dengan melihat ketiga tempat ibadah dari tiga umat berbeda agama, menunjukkan bagaimana Singapura yang kecil bukan saja mampu merawat peninggalan masa lalu, tetapi juga berhasil menjaga toleransi antar penduduknya yang berbeda agama. (Herman wijaya)

Share :

Baca Juga

Sastra

“Martabak Politik dan Intelektual Politik”

Wisata & Budaya

Desa Wisata Sesaot Lombok Barat, Berada di Jalur Pendakian Menuju Gunung Rinjani

Wisata & Budaya

Pemerintah Terus Upayakan Harga Tiket Pesawat Domestik Turun

Berita

Pameran Lukisan Presiden dan Wakil Presiden RI, sejak Bung Karno hingga Jokowi
Pagaralam

Berita

Bersaing dalam Kreasi, Pariwisata Pagaralam Naik Daun

Berita

Perpres 19/2024 Diharap Mampu Akselerasi Industri Gim Nasional
Alfie Alfandy

Berita

Alfie Alfandy: Kalau Berdakwah Jangan Setengah-Setengah

Wisata & Budaya

Bouganville Negara Baru Pecahan dari Papua Nugini