Home / Esai

Jumat, 15 April 2022 - 22:21 WIB

Via Dolorosa

Seorang lelaki dengan jubah yang nyaris hancur penuh darah, dengan tubuh penuh luka akibat cambukan, dipaksa memikul salib melewati jalan kecil, lorong-lorong di Kota Tua Yerusalem.

Jatuh bangun ia memikul salib yang sangat berat. Ketika ia berhenti untuk mengumpulkan tenaga dan menghirup udara lebih banyak karena nafasnya tersenggal-senggal, prajurit Romawi dengan ganas melecut punggungnya yang telah berdarah-darah.

Sebagian orang Yahudi bersorak-sorak dan mengejeknya. Para pemuka agama Yahudi yang meminta Pontius Pilatus (Pejabat tertinggi dari Kerajaan Romawi) di Tanah Perjanjian, nampak puas karena berhasil menjerat “Sang Penghujat” Allah, “sang penista agama”.

Sementara ibu dan kerabat lelaki itu hanya bisa melihat dengan kesedihan tanpa bisa berbuat apa-apa. Maria sang ibu dan Maria Magdalena yang dekat dengannya hanya bisa mencucurkan air mata tanpa suara, meski sesekali terdengar mereka berteriak tertahan bila bunyi cambuk yang seperti petir menghajar tubuh penuh luka itu.

Setelah memikul salib beberapa jauh, lelaki itu terjatuh dan tertimpa salib yang dipikulnya. Tentara Romawi sadar bahwa dia tidak bisa dipaksa lagi untuk memikul salib yang begitu berat, sehingga dimintalah seorang lelaki bernama Simon dari Kirene untuk menggantikan memikul salib.

Baca Juga  Menjemput Lumut!

Jalan di Kota Yerusalem Kuno yang dilalui Yesus sambil memanggul  salib  menuju Kalvari itu kemudian dikenal dengan nama  Via Dolorosa (bahasa Latin untuk “Jalan Kesengsaraan” atau “Jalan Penderitaan“). Dalam  bahasa Inggris: “Way of Grief,” “Way of Sorrow,” “Way of Suffering” atau “Painful Way”.

Sandy Patty, penyanyi kelahiran Oklahoma, AS, 12 Juli 1956, melalui lagunya yang berjudul  Via Dolorosa menggambarkan betapa menderitanya Yesus ketika itu.

Via Dolorosa adalah sebuah lagu lirih yang dinyanyikan penuh penghayatan. Terjemahan bebasnya kira-kira begini:

Menyusuri Via Dolorosa di Yerusalem hari itu. Seperti domba sang Juru Selamat, Kristus Sang Raja.

Para prajurit mencoba membersihkan jalan sempit. Tetapi orang banyak mendesak untuk melihat Pria yang dihukum mati di Kalvari.

Dia berdarah karena pemukulan, ada goresan-goresan luka-luka di punggungnya.
Dia mengenakan mahkota duri di atas kepala-Nya. Dia menanggung beban di setiap langkah.  Cemoohan orang-orang yang meneriakkan kematian-Nya.

Menyusuri Via Dolorosa,  jalan penderitaan. Seperti anak domba datang Sang Juru Selamat, Kristus Raja.  Tapi Dia memilih untuk keluar dari jalan itu Cintanya untukmu dan aku. Menyusuri Via Dolorosa, sampai ke Kalvari.

Gambaran mengerikan tentang Via Dolorosa juga bisa kita saksikan dalam film The Passion of the Christ karya sutradara Mel Gibson.

Baca Juga  Suara Hati Ganjar

Pada akhirnya salib yang digunakan untuk menyalibkan lelaki gondrong berusia 30 tahun itu sampai juga di Bukit Tengkorak (Bukit Golgota), di mana ia disalibkan berdampingan dengan dua orang penjahat yang juga disalibkan di kiri-kanannya.

Yesus, lelaki itu tidak marah atau dendam kepada mereka yang memfitnah dan memprovokasi penguasa Romawi untuk menyalibkanNya. Dia bahkan meminta kepada Bapa di sorga, agar orang-orang itu diampuni karena mereka tidak tahu apa yang dilakukan.

Sebelum masa itu datang, Dia sudah memberitahukan kepada murid-muridNya, bahwa dia akan mati dengan cara itu, dan pada hari yang ketiga akan bangkit.

Baca Juga  Memahami film 'Greyhound' Dari Sisi Sejarah

Itulah sebabnya ketika ia ditangkap oleh prajurit Romawi yang mendapat arahan dari salah satu muridNya, Yudas Iskariot, Yesus tidak melawan. Dia bahkan memerintahkan agar Petrus yang telah memotong kuping salah seorang dari rombongan yang akan menangkapNya untuk memasukan pedang ke sarungnya. Dia bahkan menempelkan kembali telinga yang telah putus ke tempatnya.

Yesus sangat anti kekerasan. Memang ironis jika kematianNya yang telah dinubuatkan itu justru melalui kekerasan. Tetapi itulah dunia. Apalagi ketika  membela agama, manusia lupa segala-galanya. Lupa bahwa agama (Yesus) melarang kekerasan.

Namun dia telah mengingatkan melalui firmanNya:  “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.” (Yohanes 16:2).

Apa yang kita lihat akhir-akhir ini adalah bukti dari apa yang dikatakan Yesus ketika itu. Orang menista, menyiksa, bahkan membunuh atas nama agama, dan mereka meyakini itu adalah perintah Tuhan.

Herman Wijaya.

Share :

Baca Juga

Esai

Bercermin pada Garuda Muda

Berita

Harta Capres Cawapres

Esai

Menunggu Keberanian Airlangga Hartarto

Esai

Lagu adalah Doa
Karikatur

Esai

Capres 2024

Esai

Aktor/ Aktris Yang Mencuri Panggung

Esai

PKS Bisa Membuat Cak Imin Menangis  dan AHY Tertawa Lagi?

Esai

Mencari Calon Presiden untuk Indonesia