Home / Berita

Rabu, 8 Desember 2021 - 11:47 WIB

Trimedya Panjaitan Minta KPMP Sampaikan Bukti yang Kongkrit

Anggota Komisi III DPR RI Trimedya Panjaitan, SH meminta agar Kongres Peranserta Masyarakat Perfilman (KPMP) menyampaikan laporan yang lebih menukik, dan bukti-bukti yang kongkrit.

Trimedya menyampaikan itu ketika Komisi III DPR RI menerima rombongan KPMP di Gedung DPR, Selasa (7/12/2021) kemarin. Sebelumnya Trimedya sempat mempertanyakan siapa saja anggota KPMP, karena dirinya yang pernah beberapa kali memproduksi film, seharusnya juga menjadi anggota.

Dalam kesempatan itu Trimedya membacakan sedikit term of references bantuan dan PEN Subsektor film Kemenparekraf, yang isinya antara lain seluruh putusan tidak dapat diganggugugat, dan penerima bantuan akan dihubungi oleh Kemenparekraf.

“Yang kita ketahui, Pak Sandiaga Uno itu sangat perfeksionis. Pastilah dia ingin membantu menggerakan ekonomi perfilman yang sangat lesu sekarang ini. Nah dari anggaran sekitar 300 sampai 500 milyar, yang diduga tidak benar itu berapa? Supaya terukur, yang nerima enggak benar ini berapa, yang menurut KPMP akan dihubungi oleh panitia film melalui email dan HP?” tanya Trimedya.

Baca Juga  Kemenparekraf Gandeng JKT48 Sukseskan "Melodi Kemerdekaan 2024"

Karena komisi III membawahi bidang hukum, Trimedya meminta agar laporan KPMP dibuat menukik saja.

“Ini tidak menukik. Ini kualifikasinya pemberitaan. Jadi menukik saja. Apalagi ada lawyer-lawyer papan atas yang mendampingi. Ada Gusti Randa, ada Coki Sinambela, Ketua Serikat Pengacara Indonesia DKI yang sejak 1995 tidak pernah diganti!,” katanya.

Karena masih ada rapat kerja dengan Kapolri, tambah Trimedya, laporan dari KPMP ini akan dsampaikan. “Tapi harus menukik walau pun ini ada hubungannya dengan Komisi X yang bisa berhubungan dengan Menteri Parekraf Sandiaga Uno.

Baca Juga  Mengawali Pola Hidup Hemat Air dari Rumah Ibadah

“Kalau sudah ke KPK, kalau laporan kayak begini ke KPK juga tidak ada isinya. Di KPK kan ada laporan informasi dari masyarakat. Berapa kerugian keuangan negara dari PEN? Kita bicara kerugian keuangan negara dong,” pinta Trimedya.

Trimedya juga meminta kepada KPMP agar diberikan nomor laporan KPMP ke KPK, atau kalau sudah ke Bareskrim atau ke Polda Metro Jaya, juga dberikan nomor laorannya, agar Komisi III bisa mengawal laporan KPMP.

“Jangan sampe bilang sudah laporan ke sana ke mari, cuma ke Tuhan saja yang belum, karena tidak tahu alamat Tuhan. Kalau boleh berikan nomor laporannya ke kami, supaya saudara-saudara ada gunanya datang ke sini. Bagaimana kami bisa membantu kalau laporannya seperti berita koran.”

Baca Juga  KLB Jalan Konstitusional untuk Menyelesaikan Kemelut PWI

Trimedya menegaskan, siapa yang mendalilkan wajib membuktikan. Berani menyatakan tujuh hal ini (pelanggaran PEN Subsektor film), harus ada data yang kongkrit.

“KPMP memberikan laporan harus berani menyatakan berapa kerugian negara yang dilakukan oleh oknum-oknum . Apakah oleh pasukannya Pak Sandiaga Uno atau siapa yang menyalahgunakan anggaran ini. Kalau tidak, ya tidak ada gunanya laporan ini, dan tidak ada gunanya juga datang ke sini!” pungkasnya. agustina

Share :

Baca Juga

Berita

Uji Coba Direct Train, Alternatif Moda Nataru 2024/2025
Menhub Budi Karya melepas impor INKA

Berita

PT INKA Madiun Ekspor 262 Gerbong Barang ke Selandia Baru
ABBA

Berita

Abba Menduduki Tangga Musik Nomor 1 di Inggris!

Berita

TAMU (Puisi Harry Tjahjono)

Berita

Banjir Bandang Terjang Sukabumi, Polri Evakuasi Ibu dan Bayi dari Gang Sempit
HUKUMAN MATI

Berita

Jaksa Agung Tuntut Hukuman Mati untuk Koruptor

Berita

Kemenhub Sediakan Puluhan Ribu Tiket Kapal Gratis untuk Nataru 2025
deFACTO.id -- dalam rentang waktu lima tahun belakangan ini Kota Pagaralam mulai dikenal dunia sebagai salah satu sentra penghasil kopi terbaik. Padahal, kopi - atau kawe - masyarakat setempat menyebutnya - sudah ditanam sekurangnya sejak tahun 1918. Hal itu dimungkinkan karena terbukanya arus informasi berbasis IT serta mulai tergeraknya hati generasi muda petani kopi Pagaralam untuk memproses dan membranding hasil kopi mereka - dari sebelumnya yang hanya menjual mentahan. Berpuluh-puluh tahun lamanya kopi robusta dari Pagaralam dijual mentahan, diangkut dengan truk, dijual ke luar - dan dikapalkan pelalui pelabuhan Panjang (Lampung). Itulah barangkali sebabnya mengapa kopi Pagaralam (plus Lahat, Empatlawang dan sekitar gugusan Bukit Barisan) selama ini dikenal dengan julukan Kopi Lampung. Tak puas dengan stigma ini, anak-anak muda Pagaralam tergerak melakukan banyak terobosan, mulai dari memperbaiki sistem penanaman, panen, pascapanen, hingga branding. Tak puas dengan itu, mereka pun melengkapi "perjuangan" mereka dengan membuka kedai-kedai kopi, dilengkapi dengan peralatan semicanggih, - meski secara ekonomis usaha mereka belum menguntungkan. Di antara para "pejuang kopi" Itu bisa disebut misalnya Miladi Susanto (brand Kawah Dempo), Frans Wicaksono (Absolut Coffee), Sasi Radial (Jagad Besemah), Azhari (Sipahitlidah Coffee), Dian Ardiansyah (DNA Coffee), Wenny Bastian (Putra Abadi), Efriansyah (Rempasai Coffee), Dendy Dendek (Kopi Baghi), Hamsyah Tsakti (Kopi Kuali), Iwan Riduan (Waroeng Peko) dan banyak lagi. Dalam banyak lomba dan festival, lingkup nasional maupun internasional, kopi Pagaralam banyak dipuji dan diunggulkan - baik secara kualitas maupun orang-orang (petani & barista) yang ada di belakangnya* HSZ

Berita

Pagaralam Punya Kopi, Lampung Punya Nama