Defacto – Selain perang antara Rusia dan Ukraina, saat ini juga tengah terjadi perang yang tak kalah serunya di Yaman, antara milisi Houthi dukungan Iran dengan pasukan koalisi Arab Saudi dan beberapa negara teluk lainnya (Amerika juga ada di dalamnya).
Berbeda dengan perang Rusia – Ukraina yang sangat gencar diberitakan media-media internasional maupun media sosial, perang di Yaman nyaris tak tersentuh pemberitaan. Kalau pun ada, porsinya kecil sekali. Kecuali jika milisi Houthi menyerang Arab Saudi dengan drone dan roket, seperti ketika ladang minyak Aramco milik Arab Saudi jadi ladang api.
Seperti apa gambaran perang di Yaman yang jauh lebih lama durasinya dibanding perang Rusia – Ukraina, nyaris tidak diketahui.
The Ambush, film besutan sutradara Pierre Morel yang dibiayai oleh produser dari Uni Emirat Arab, bisa memberi sedikit gambaran, perang seperti apa yang terjadi di Yaman.
Film The Ambush diangkat dari kisah nyata situasi penyergapan pada 2018 yang melibatkan tentara UAE dan pemberontak Houthi.
Dikisahkan tiga orang tentara Uni Emirat Arab yang bertugas di Yaman melakukan patroli di wilayah sekitar yang rawan pemberontakan.
Tiga kendaraan taktis membawa beberapa personil bersenjata lengkap berangkat dari pangkalan mereka di Mocha.
Mereka sempat bertemu beberapa tentara Yaman yang mogok kendaraannya. Pasukan UEA yang berada di 2 kendaraan berhenti untuk menolong, sedangkan Sersan Ali Al-mismari, Sersan Al Hindasi, dan Bintara Tinggi Bilal Al Saadi melanjutkan patroli.
Di jalan yang diapit gunung penuh bebatuan yang gersang, Ali dan rekan-rekannya diserang dari kedua sisi. Bukan hanya oleh tembakan-temban mesin, tetapi juga dengan peluncur granat.
Kendaraan mereka terbakar. Namun kendaraan kokoh itu tetap mampu melindungi mereka dari tembakan, meski pun Hindasi terluka parah karena sisi kanan mobil dekat tempatnya duduk menyetir, dihantam RPG (peluncur granat).
Rekan-rekannya yang tertinggal di belakang karena menolong tentara Yaman, datang menyusul. Sialnya ranjau darat yang telah ditanam milisi Houthi menghamburkan kendaraan mereka, meski tentara di dalamnya selamat. Mereka harus bertahan untuk menghadapi serangan musuh yang terjadi terus-menerus tanpa henti, sampai bala bantuan datang.
The Ambush merupakan film aksi perang asal Uni Emirat Arab yang akan segera tayang di bioskop XXI.
Tanpa wajah Amerika.
The Ambush adalah sebuah film yang berbeda dengan film perang kebanyakan yang dibuat Hollywood. Film ini tanpa wajah Amerika sama sekali di dalamnya. Amerika hanya diwakili oleh peralatan tempur milik tentara UAE seperti kendaraan taktis, senjata dan helikopter Apache.
Semua pemain dalam film ini berwajah Arab. Baik pemeran pria maupun wanita. Karya dari Pierre Morel ini dibintangi oleh sederet aktor kenamaan Uni Emirat Arab seperti Marwan Abdulla Saleh, Khalifa Al Jassem, dan Mohammed Ahmed.
Pierre Morel sendiri seorang sutradara asal Perancis. Karyanya yang cukup dikenal adalah District 13, From Paris with Love, and Taken.
The Ambush sendiri bukan film yang istimewa. Film ini hanya sebuah fragmen dari Perang di Yaman yang berlarut-larut dan telah mengorbankan puluhan ribu jiwa manusia.
Di bagian awal disampaikan narasi dan cuplikan gambar-gambar bagaimana perang di Yaman bisa terjadi. Setelah itu adegan berpindah ke dalam suasana di pangkalan militer UAE. Selebihnya adalah gambaran suasana perempuran yang sangat sengit di gunung berbatu antara pasukan UAE dan milisi Houthi.
Morel ingin menampilkan scene dramatik dengan memasukan keluarga Ali saat pemakaman Ali yang gugur dalam tugas, tetapi itu tidak terlalu menyentuh. Dalam hal ini, Hollywood jauh lebih baik.
Namun bagi yang sudah jenuh dengan film-film perang produksi Hollywood, setidaknya ini bisa jadi sesuatu yang berbeda. Dengan kemampuan modal yang dimilikinya, bisa saja suatu saat negara-negara Teluk kaya seperti UAE, Qatar, Kuwait atau bahkan Arab Saudi yang sedang menuju pemerintahan moderat, akan menjadi pusat industri perfilman baru di Asia. MB