DeFACTO.id – Pemberdayaan perempuan di Desa Ngampel, Mejayan, Kabupaten Madiun boleh diacungi jempol. Ide kreatif Kades Afrianus Tri Nugroho, membuat desa itu kini menggebrak desanya untuk punya ikon. Yakni batik.

Kelompok ibu-ibu yang dikomandani Bu Umi memanfatkan waktu luang, khususnya di masa pandemi, dengan membatik. Dengan branding Batik Parianom, membuat nama desa itu semakin mencuat. Dan kini semakin dikenal sampai kota lainnya. ‘’Kita upayakan bisa go internasional seperti juga produk batik lainnya,’’ tekad Kades Afrianus.
Langkah selanjutnya dilakukan perwanaan satu demi satu dengan telaten. Mengikuti pola demi pola. Terakkhir pencelupan dan dilanjut proses klorot. ‘’Untuk pembuatan satu batik bisa makan waktu satu bulan.,’’ ungkapnya.

Ibu-ibu di desa itu mengikuti pelatihan demi pelatihan yang diadakan oleh desa. ‘’Berkat ketelatenan serta ketekunan mereka, batik Pariwangi yang mereka produksi kini menghasilkan banyak motif dan corak yang berbeda –beda. ‘’Tapi tetep tidak meninggalkan ikon asli Desa Ngampel, ‘’ kata Bu Umi.
Batik Pariwangi, merupakan batik motif ciprat. Pun gambar khas Madiun kampung pensilat. juga ada motif daun Porang kebanggaan Kabupaten Madiun.
Kegiatan produksi Batik Pariwangi sendiri dimulai pada Januari tahun 2018 yang didanai oleh BUMDes lewat dana hibah senilai Rp 12 juta. Dana itu dibelanjakan bahan dan peralatan untuk membatik. Dari modal awal itulah selama hampir 4 tahun ini Batik Pariwangi makin berkembang permintaan pasar juga semakin luas.
Harga satu helai batik Pariwangi bervarisi mulai dari Rp 200,000 sampai Rp Rp 500,000 bergantung bahan dan tingkat kesulitan dalam proses pembuatan. Selain itu juga disesuaikan corak dan motif.
Untuk pembuatan batik bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi dianggap enteng. Hanya orang-orang yang mempunyai tingkat kesabaran dan ketelatenan tinggi yang mampu menghasilkan batik dengan bagus. Satu orang hanya mampu membuat satu motif Batik saja dan tidak akan bisa mengulang kembali. Meskipun orang yang sama membuat batik dengan corak dan motif yang sama. Tapi hasilnya akan berbeda. Pun batik tulis dibuat melalui proses yang rumit. ‘’Dan batik itu memiliki filosofi tinggi,’’ ujar Bu Sri Patminingsih, bendarahara sekaligus marketing dari kelompok ibu-ibu pembatik Desa Ngampel.

Bu Pat, panggilan akrabnya, rajin mengikuti pameran-pameran batik di dalam maupun di luar kota. Dan juga mempromosikannya lewat media sosial.
Proses pembuatan batik diawali dengan menggambar di kain putih dengan motif yang sesuai. Kemudian mengukir dengan canting dilanjut penguncian warna yang disebut dengan WG (water grass).
Pembatik di desa itu berharap produksi batik semakin meningkat dan orang bisa lebih menyintai serta menghargai batik tulis. Pun bisa membedakan batik tulis dengan batik buatan pabrik atau tekstil. Sebab banyak pertanyaan mengapa batik buatan pabrik berbeda jauh.
‘’ Yang jelas menurut Bu Patmi, batik tulis buatan tangan yang penuh citra seni dan eksklusif. ‘’Itu keistimewaan batik yang ditulis langsung dengan tangan tangan pengrajin batik ,’’ ungkap Bu patmi penuh harap dan semangat memromosikan batik Pariwangi sebagai produk keunggulan Desa Ngampel, Kecamatan Mejayan , Kabupaten Madiun.* Yuliana.