Defacto – Para panderita sakit yang datang ke rumah sakit, puskesmas, klinik atau dokter umum, akan merasa nyaman bila mendapat pelayanan yang baik. Sikap dokter, perawat atau staf lainnya yang melayani dengan sungguh-sungguh, ramah dan penuh perhatian, akan membantu membantu mempercepat pemulihan kesehatan pasien.

Praktek pelayanan seperti itu masih jarang ditemui di Indonesia. Apalagi bila sudah menyangkut pembayaran. Pasien kerap seperti berhadapan dengan debt collector. Banyak diberitakan, pasien yang ditolak rumah sakit atau dipaksa pulang karena tidak mampu membayar.
Klinik Hemodialisa Esa Pemuda, di Jalan Pemuda Depok, melakukan pendekatan yang berbeda kepada pasien. Terlebih pasien hemodialisa (cuci darah) kerap menghadapi kondisi psikologis yang labil karena merasa takut dan khawatir terhadap kondisi kesehatan yang dialaminya.
“Yang kita hadapi memang begitu. Pada awalnya pasien mengalami stress, merasa takut dan kehilangan harapan. Maka kami menjelaskan kepada mereka mengapa seseorang harus menjalani cuci darah. Apa saja yang dialami pada saat cuci darah, kita sampaikan. Supaya mereka siap dan tidak syok pada saat menjalani cuci darah,” kata dr. Jess Siagian, Penanggungjawab Klinik Hemodialisa Esa Pemuda Depok.
“Banyak pasien yang tidak siap menghadapi pertanyaan tetangga. Saya mengatakan kepada mereka, bahwa pasien datang ke klinik untuk memakai ginjalnya yang ada di klinik, agar kesehatannya terjaga, karena ginjal dalam tubuhnya tidak berfungsi dengan baik. Sekarang banyak pasien yang biasa saja datang ke klinik. Bahkan banyak yang tertawa-tawa, becanda dengan pasien lain,” tambah dr. Jess.
Di Klinik Hemodialisa “Esa Pemuda” dokter Jess selalu mendampingi pasien sejak awal masuk hingga selesai menjalani cuci darah. Beberapa perawat yang bertugas juga aktif mengoperasikan mesin dan terus mengontrol kerjanya, di samping terus melayani pasien.
Pasien juga bisa menyaksikan acara televisi yang disukai selama proses cuci darah yang berlangsung 3 – 4 jam. Dan pasien diperbolehkan makanan yang disukainya.
“Saya udah lama ya enggak makan kue pisang dan teh manis, karena diabetes. Menjelang cuci darah dikasih makan itu. Rasanya enak sekali. Dan teh manis yang diberikan, rasanya jadi teh manis terenak yang pernah saya minum,” tutur Vonny Lumowa, salah satu pasien hemodialisa.
Pengguna BPJS
Mayoritas pasien di Klinik Esa Pemuda adalah pemegang Kartu BPJS. Pihak klinik selalu menyarankan agar pasien menggunakan kartu BPJS, untuk meringankan beban pasien. Jika ada pasien yang mengalami kesulitan dalam mengurus BPJS, khususnya warga Depok, pihak klinik akan membantunya.
“Anak saya ketika mengurus rujukan di Puskesmas, tiga jam tidak selesai. Setelah dibantu oleh staf dari klinik ini yang datang ke Puskesmas, hanya beberapa menit selesai,” tutur Vonny.
Menurut pemilik Klinik “Esa Pemuda” Ny. Endang Rusianingsih, dengan jumlah pasien yang ada, pembiayaan operasional klinik termasuk gaji dokter dan perawat, memang belum mencukupi, jika hanya mengandalkan klaim pembayaran dari BPJS. Sebagai pemilik, dia masih harus mensubsidi kekurangan biaya, dari kantong pribadinya.

“Saya bersyukur dulu pernah bekerja, dan punya penghasilan. Nah uang itu yang saya pakai untuk menutupi kekurangan,” ungkap Ny. Endang.
Kadang ada pasien non BPJS yang datang untuk melakukan cuci darah di Klinik Esa Pemuda. Pembayaran pasien seperti ini juga bisa menambah pemasukan untuk mengurangi beban yang dikeluarkan.
Bagi Ny. Endang Rusianingsih, mendirikan klinik hemodialisa merupakan bentuk pengabdian kepada penderita gagal ginjal, setelah kondisi gagal ginjal dialami oleh dua orang saudara kandungnya.
“Saya tahu betul bagaimana menderitanya orang yang harus menjalani cuci darah. Ketika ada yang menawarkan kerjasama mendirikan klinik hemodialisa, saya setuju. Walaupun saya tidak punya pengalaman di bidang pelayanan kesehatan, dan sampai hari ini, sudah lima tahun, masih harus nombok,” kata wanita berumur 75 tahun itu.
Pihak klinik kadang harus memberikan asupan vitamin secara cuma-cuma bagi pasien yang tidak mampu. Bahkan ada pasien yang tidak punya ongkos pulang, dicarikan ojek online, dan ongkosnya dibayari.
“Sebetulnya itu bukan tanggungjawab kita ya. Tapi mereka benar-benar tidak mampu. Kalau tidak ditolong kan kasihan,” kata Ny. Endang.
Pelayanan yang diberikan Klinik Hemodialisa Esa Pemuda, membuat pasien menjadi nyaman, dan merasa begitu dekat dengan dokter maupun perawat yang melayani. MB