Home / Berita

Minggu, 7 Januari 2024 - 15:37 WIB

Kita Tidak Memiliki SDM Berkompeten

Defacto, Di awal demokrasi terpimpin, hingga tahun 1965, politik menjadi panglima. Pada masa itu dimensi ekonomi tidak begitu mendapatkan perhatian.  Politik dijadikan semacam kendaraan. Tunggngan adalah politik identitas seperti sosialisme, spiritualisme, dan isme-isme yang lain.

Hal itu disampaikan oleh seniman dan praktisi perfilman Embie C. Noor, dalam diskusi dengan seniman Depok yang tergabung dalam Koloni Seniman Ngopi Semeja, di bawah flyover Jl. Arief Rahman Hakim Depok, Sabtu (5/1/2023) sore.

“Kreativitas Bung Karno pada Nasakom itu bagi saya sebuah eksperimen yang menarik. Karena bagaimanapun juga,  bukan sebagai seorang budayawan, dia juga ingin berkreasi. Bagi Bung Karno,  agama itu bukan (soal) ketuhanan, tetapi agama adalah interpretasi. Ketuhanan ada di ruang pribadi, di mana strukturnya adalah interpretasi. Agama itu ya berads ruangan masing-masing personal menurut saya,” papar Embie.

Baca Juga  Konser “Enchanting Anggun and Friends" di Jakarta

Menurut adik kandung almarhum Arifin C. Noor ini, fase eksistensial itu sangat penting, dan kita berhasil. Tetapi meninggalkan satu klimatik, yaitu krisis ekonomi yang mengakibatkan keterpurukan. Tetapi semua dikendalikan dengan pendekatan militeristik di masa Orde Baru.

Baca Juga  IPW Apresiasi Penghentian Penyidikan Aiman Witjaksono

“Saat itu yang penting Pancasila. Waktu itu di Cirebon, saya tidak tahu kota-kota lain, di seluruh rumah-rumah di pinggir jalan itu dipasangin 1 plakat bergambar Pancasila dan butir-butirnya.

Di Masa Orde Baru, semua unsur diminta untuk bergerak. Puncak-puncak kebudayaan terjadi saat itu. Bahkan seorang Lee Kuan Yew, Perdana Menteri Singapura, sampai bersolilokui (berbicara pada diri sendiri) di Pasar Seni Ancol. Dia mengatakan, suatu saat Singapura harus memiliki tempat seperti itu. Saat ini kondisi Pasar Seni kumuh dan menyedihkan.

Baca Juga  True History of The Kelly Gang: Penjahat – Pahlawan - Legenda Australia

Di masa ekonomi menjadi panglima, ternyata keterpurukan ekonomi juga tak terhindarkan. Para ahli mengatakan, semua persoalan yang terjadi, diakibatkan oleh manusia-manusianya. Kelemahan kompetensi manusia Indonesia adalah penyebabnya.

“Kita masih lemah dalam pengembangan aspek soft skill, sehingga kita tidak memiliki SDM yang benar-benar berkompeten, mulai dari presiden, profesor, bahkan sampai seniman,” tegas Embie. (hw)

Share :

Baca Juga

Berita

Wah, Uni Emirat Arab Borong 80 Pesawat Rafale!

Berita

Puluhan Pengacara dan LSM Anti Korupsi Bela Ketua IPW Lawan Kriminalisasi

Berita

PLT Kepala BPSDMP : Ada Tigas Aspek yang Dibutuhkan SDM menuju Transportasi Berkelanjutan

Berita

Penrad Siagian dan Kajari Pematang Siantar Perkuat Sinergi untuk Atasi Konflik Agraria

Berita

Anies Baswedan Kunjungi Remy Sylado

Berita

Daya Kata Wirid Visual

Berita

Solo Raya Akan Jadi Pusat Kepariwisataan Terintegrasi Terbesar di Jateng

Berita

Empat RUU Masuk Prolegnas Prioritas 2025, DPD RI Akan Kawal Terus