DeFACTO.id – Sebuah kapal kayu lumayan besar, teronggok di depan sebuah rumah. Ukurannya 10 X 2,2 meter. Jelas kapal ukuran untuk melaut. Tapi mengapa teronggok di depan rumah Desa Ngampel, Kecamatan Mejayan, Kabupaten madiun. Padahal Mejayan jelas jauh dari laut.

“Ini kapal Nabi Nuh. Di sini kan sering banjir, jadi gak perlu repot cari ban bekas, cukup naik kapal ini,” kata Gigih Saputra, pemilik kapal kayu itu bergurau.
Gigih memang perajin kapal kayu. Kapal itu sebenarnya pesanan nelayan dari Pulau Lombok, seharga Rp 170 juta. Namun karena Pandemi, pemesannya kesulitan keuangan. Sehingga pengerjaan kapal itu dihentikan tanpa batas waktu yang ditentukan. Padahal untuk membuat kapal sebesar itu hanya membutuhkan waktu sekitar 4 sampai 6 bulan. Tapi lebih setahun kapal itu mangkrak dan teronggok di depan rumahnya yang dipakai sebagai galangan.
Anehnya, mengapa kapal itu tak dibuat di dekat laut? Ternyata Gigih dan Krisna, kakaknya, sudah punya cara untuk membawa kapal itu ke laut dengan dinaikkan truk besar. “Kami sudah tahu cara angkutnya,” kata Gigih.

Jelas bukan pekerjaan gampang membawa kapal itu nyemplung laut ke Selat Karimunjawa dekat Kota Jepara. ”Sudah kami pikirkan itu,” katanya. Orang awam pasti melongo, bagaimana kapal sepanjang 10 meter itu bisa diangkut dengan truk.
Macet satu proyek tak membuat Gigih kelimpungan. Karena masih banyak pekerjaan membuat kapal menunggu. Tanggal 20 Januari, ia sudah berangkat ke Maluku bersama 20 kru-nya untuk nggarap pesanan kapal di sana.
Sudah banyak pesanan dikerjakan. Khususnya dari nelayan luar pulau, seperti Kalimantan, Maluku dan Nusa Tenggara. Kalau pesanan selesai yang dibuat di galangan kecil Desa Ngampel itu, dilayarkan sendiri bersama seluruh tim yang berjumlah 20 orang. Krisna bagian menakhodai kapal. Sepertinya ia punya pengalaman melaut.
Sebenarnya yang ahli perkapalan adalah Krisna. Kemudian ia menularkan ilmunya ke adik dan juga warga sekitarnya. ‘’Dulu saya hanya tukang kayu bangunan,’’ kata Gigih.
Usaha di bidang perkapalan ini dimulai sejak tahun 2009. Semula membuat sampan-sampan kecil. Seiring waktu keahliannya semakin bertambah mulai membuat kapal -besar . Dan sekarang sudah mempunyai tim sendiri untuk membuat kapal -kapal besar. Krista sekarang selain juga mengawasi proyek pengerjaan kapal dia yang bertugas sebagai nahkoda kapal untuk dikirim ke tempat tujuan. Seperti ke Sumbawa, Kalimantan, bahkan sampai Raja Ampat, di ujung Papua.* Yuliana