Defacto – Dengan bertumbuhnya minat masyarakat berwisata, kesadaran masyarkat akan pentingnya obyek wisata tumbuh di daerah-daerah. Destinasi wisata tidak hanya mengandalkan keindahan alam yang dimiliki, tetapi juga bisa dibuat dengan sentuhan kreativitas masyarakat setempat. Salah satunya dengan membangun Desa Wisata.
Salah satu desa wisata yang baru tumbuh adalah Desa Wisata Citalutug, Desa Baros, Kecamatan Ajasari, Kabupaten Bandung. Desa Wisata ini dibangun oleh pemuda setempat yang sadar akan pentingnya desa wisata bagi peningkatan ekonomi desa.
Bagaimana cara menuju Desa Wisata Citalutug? Karena tempanya agak jauh dari Kota Bandung, sebaiknya harus membawa kendaraan sendiri atau menyewa kendaraan untuk menuju ke sini.
Dari Kota Bandung, rute terbaik adalah melalui jalan tol Soroja (Soreang – Pasir Koja). Dari pintu tol Pasir Koja menuju Soreang. Dari Soreang langsung menuju Desa Baros.
Alternatif lain, bisa melalui jalan Banjaran – Soreang, sejauh 16 km yang bisa ditempuh dalam waktu 40 menit. Tetapi rute ini agak padat. Lewat tol pun akan menemui jalan ini.
Rute alternatif via Ciparay (kampung seni Jelekong) sejauh 15 km atau 30 menit perjalanan darat normal (hanya dapat dilewati oleh kendaraan roda 4 jenis MPV atau kendaraan roda dua).
Bila datang dari Garut, bisa melalui rute alternatif via Majalaya sejauh 19 km atau 45 menit perjalanan darat normal.
Desa Baros dapat diakses oleh kendaraan roda 4 jenis MPV, medium bus, dan kendaraan roda 2. Tetapi untuk bus besar tidak bisa. Selain jalannya kecil, banyak tikungan dan menanjak.
Minggu (22/1/2023) Defacto mengunjungi desa wisata ini mengikuti rombongan Menteri Parekraf Sandiaga Uno. Perjalanan dari GOR Youth Center Arcamanik ditempuh dalam waktu lebih dari 1 jam lewat tol Soroja. Jalan-jalan di Kota Bandung pada hari libur sangat padat.
Desa Wisata Citalutug sebenarnya hanya areal persawahan di kaki Gunung Malabar yang dibelah oleh Sungai Citalutug yang jernih airnya.
Di tengah persawahan itu dibangun semacam cottage berbahan bambu dan atap rumbia. Ada beberapa cottage dan sebuah bangunan dari bambu yang besar, bisa digunakan untuk pertemuan atau kumpul-kumpul. Ada pula saung-saung tempat makan, warung makan dan toilet.
Ketika Defacto datang, areal persawahan sudah dipanen, sehingga hanya menyisakan tanah-tanah kosong dan pematang kering berwarna coklat. Datang ke tempat ini akan terasa asyik bila ada pohon-pohon padi dengan padinya yang menguning.
Selain tempat menginap, Desa Wisata ini juga mengadakan atraksi pamidangan (adu domba) yang digelar setiap minggu, khususnya pada minggu ke-3 di setiap bulan dengan total peserta pamidangan bisa mencapai 500.
Selain itu ada pula atraksi kesenian wayang serok, yaitu atraksi kesenian wayang yang terbuat dari peralatan dapur bekas yang cuma bisa kamu temukan di Desa Baros.
Selain wisata kesenian, main air di sungai Citalugtug yang jernih juga mengasyikan. Lalu naik ayunan raksasa, main gebuk bantal, bersantai di hutan pinus, camping, dan masih banyak atraksi seru lainnya.
Awal mula dibangun Wisata Alam Citalutug berasal dari pendatang dari Kota Jakarta yang sedang berkunjung ke Desa Baros dan melihat potensi yang ada.
“Awalnya bikin konten daerah sini, ketika lihat sungai ternyata banyak sampah, dampaknya itu kan sangat besar apalagi dari sampah plastik bisa menyebabkan penyumbatan di sungai bisa sampai banjir,” ujar Suryono salah satu pengelola, seperti dikutip Tribun Jabar.
Warga setempat bergotong royong menyisir sungai untuk membersihkan sampah yang ada. Dari situ timbul ide, ini lahannya persawahan dan perkebunan bisa jadi wisata kecil-kecilan kemudian dibangun saung yang sederhana,” kata ia.
Tempat yang dikelola Wisata Alam Citalutug merupakan milik warga dengan kerjasama membagi hasil keuntungan kepada pihak pengelola. (*/hw)