Sejak disempurnakan bentuknya oleh Baron Karls Drais Von Sauerbronn pada tahun 1818, sepeda menjadi alat tranpostasi yang bertahan hingga saat ini. Walau pun tujuan orang bersepeda – terutama di Indonesia — tidak lagi sebagai alat transortasi murni. Sebagian besar untuk berolahraga, atau bersantai. Padalah di ibukota Negara Republik Indonesia, Jakarta, ketika Anies Baswedan menjabat sebagai Gubernur, di jalan-jalan utama di Jakarta dibuat khusus jalur sepeda. Maksudnya agar masyarakat yang ketika itu tengah menggemari sepeda sebagai pengisi waktu di masa Covid 19, di mana bepergian dengan transportasi umum dibatasi, mulai beralih mengunakan sepeda onthel (kayuh )


Anies Baswedan mungkin ingin meniru kebiasaan orang-orang di Belanda. Di sana sepeda sangat populer dan merupakan bagian integral dari budaya transportasi dan gaya hidup. Masyarakat Belanda menggunakan sepeda untuk berbagai keperluan, mulai dari perjalanan sehari-hari, transportasi ke tempat kerja dan sekolah, hingga untuk rekreasi. Bahkan Mark Rutte, PM Belanda 2010 – 2024, pergi dan pulang kantor menggunakan sepeda. Dan sepeda Mark Rutte mirip dengan sepeda onthel yang masih banyak ditemukan di Jawa, yang seratus persen menggunakan tenaga manusia untuk menggemarkannya, tanpa operan gigi agar lebih ringan dikayuh.
Di Eropa, selain di Belanda di negara-negara seperti Denmark, Jerman, Finlandia, Swedia, Belgia dan Perancis, penggunaan sepeda masih sangat tinggi. Di Asia tercatat sepeda banyak digunakan di Cina, terutama di Provinsi Hanzou, dan di Jepang.
Di Indonesia, fungsi sepeda tidak lagi sebagai alat transportasi penting. Pengguna sepeda ke kantor persentasenya sangat kecil. Sebagian besar hanya untuk berjalan-jalan bersama komunitas sambil berolahraga, tetapi tidak sedikit uang memiliki sepeda karena mengikuti tren dan gaya hidup.
Oleh karena itu sepeda yang dimilikinya pun sedapat mungkin bisa menaikan gengsi dan nyaman dikendarai. Tidak heran jika sepeda harga puluhan sampai ratusan juta tetap laku di Indonesia. Saat pandemi Covid-19 4 tahun lalu, sepeda merek Brompton yang diimpor dari Inggris sangat populer di kalangan kaum berduit. Saat covid itu harga sepeda meningkat di pasaran. Tetapi saat ini banyak pemilik sepeda yang menjual sepedanya dengan harga murah.
Bersepeda di Indonesia, terutama di kota-kota besar memang bukan kebiasaan yang nyaman. Suhu udara perkotaan yang tinggi, polusi dan kepadatan kendaraan bermesin yang seringkali tidak memberi kesempatan untuk pesepeda, membuat naik sepeda bukan saja tidak nyaman, tetapi juga tidak aman. Akibatnya orang enggan menjadikan sepeda sebagai alat transportasi di perkotaan. Di Jakarta, sia-sialah jalur sepeda yang dibuat Gubernur DKI Anies Baswedan.

Di negara kota Singapura, sepeda masih digunakan oleh sebagian masyarakat sebagai alat transportasi. Tetapi rute yang dilaluinya terbatas. Hanya dari apatemen tempat tinggal mereka ke interchange stasion. Stasion yang terintegrasi antara MRT, bus dan pusat perbelanjaan. Di dekat stasiun selalu terdapat tempat parkir sepeda. Bukan hanya sepeda yang dimiliki masyarakat, tetapi sepeda-sepeda rental yang bisa digunakan oleh masyarakat dari tempat tinggal mereka ke stasiun, dengan harga 10 dolar Singapura / bulan.
“Dulu saya selalu naik sepeda ke terminal, setiap pergi dan pulang kantor. Lebih cepat daripada naik bus,” kata Damai, WNI yang bekerja di Singapura.
Di lingkungan apartemen di Singapura juga sering ditemui orang-orang bersepeda, karena di setiap blok apartemen memiliki pedestrian yang nyaman. Tidak ada sepeda yang melaju di jalan raya.
Bila melihat turunnya minat masyarakat bersepeda, apakah sudah tidak ada lagi orang bersepeda? Tentu saja masih ada. Terutama di momen-momen tertentu.
Itulah yang mendorong Persatuan Wartawan Indonesia Cabang Jakarta (PWI Jaya) tergerak untuk mengadakan acara sepeda santai (Fun Bike) pada tanggal 25 Mei 2025 mendatang. Fun Bike ini akan menyelusuri rute awal dari Silang Monas hingga Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara. Diperkirakan ribuan peserta akan mengikuti kegiatan Fun Bike tersebut, karena panitia memudahkan para calon peserta untuk mendaftar. Cukup melalui barcode yang telah dibuat dan disebarkan oleh panitia.
“Saya yakin ribuan orang akan mengikuti kegiatan ini, karena begitu banyak penggemar olahraga sepeda dan komunita-komunitasnya yang tersebar di Jakarta ini. Dan kami juga akan meminta pihak kecamatan dan kelurahan-kelurahan yang ada di Jakarta Pusat ini untuk membantu mensosialisasikan,” kata Wali Kota Administrasi Jakarta Pusat Arifin, saat menerima Ketua PWI Jaya Kesit Budi Handoyo dan Panitia Fun Bike PWI Jaya, di ruang rapat wali kota, Selasa malam (22/4/2025).
Waliktota Jakarta Pusat merasa yakin masyarakat sangat antusias mengikuti acara Fun Bike ini. Apalagi hanya dengan uang pendaftaran Rp.50.000, peserta sudah mendapatkan T’shirt, makanan ringan plus air mineral, asuransi dari BRI Insurance dan gratis masuk Ancol.
“Tentu saja kami juga menyediakan doorprize menarik untuk para peserta yang beruntung,” kata Ketua Panitia Fun Bike PWI Jaya, Rio Winto. (Herman Wijaya)
Foto-foto : Herman Wijaya