PRESIDEN BERTANGGUNGJAWAB. Seperti dua sisi mata uang: kewajiban selalu berkelindan dengan tanggung jawab. Tapi, dalam kampanye Pilpres, dua hal tersebut tidak tergambarkan. Uang dalam jumlah miliaran memang beredar, menyelusup sampai gang buntu dan gubug reyot. Hanya dua sisi mata uangnya bukan kewajiban dan tanggung jawab, melainkan janji muluk-muluk yang hebat diucapkan tapi tidak ada juntrungannya.
Prabowo, misalnya, menjanjikan makan gratis dan susu buat anak sekolah, gaji ANS naik. Anies Baswedan mengumbar empat janji: kesehatan lebih murah, pendidikan lebih merata dan hal rumit lainnya. Cak Imin janji akan menaikkan Dana Desa jadi Rp5 miliar, dan PKB janji memberikan bensin gratis buat seluruh sepeda motor–semoga termasuk Harley Davidson. Ganjar Pranowo lebih sederhana dan realistis: menginginkan gaji guru bisa mencapai Rp30 juta/bulan.
Janji kampanye adalah janji narapidana yang bebas dari penjara: indah didengar tapi hanya akan menguap lenyap. Itu sebabnya John F Kennedy, ketika ditanya ingin menjadi presiden yang bagaimana, “Saya hanya ingin dikenang sebagai presiden yang bertanggungjawab,” jawab Kennedy.
Kewajiban sudah dipenuhi dan tanggung jawab menjadi hal yang penting dikenang. Tapi, sebagian rakyat punya jawaban sendiri. Pada hari Jumat, 22 November 1963, di Dallas, Texas, Lee Harvey Owsald menembak mati Kennedy, Presiden AS ke 35 itu.
Barangkali karena itulah kandidat Capres Indonesia tidak (atau lupa) menyatakan ingin menjadi presiden yang bertanggungjawab. Maklum, selalu ada sebagian rakyat yang punya jawabannya sendiri. **
Harry Tjahjono
11/9/2023