Home / Esai

Kamis, 27 Februari 2025 - 13:26 WIB

Negara Asyik yang Terasa Asin

Indonesia pernah dinobatkan sebagai negara terindah di dunia oleh Forbes, berdasarkan studi dari situs Money.co.uk. Indonesia juga masuk dalam daftar negara-negara terindah di dunia versi CNN Indonesia. 

Tetapi bukan itu yang membuat hidup di Indonesia terasa asyik, karena belum tentu keindahannya bisa disaksikan oleh mayoritas rakyatnya sendiri. Yang asyik, setiap hari ada saja kabar mengejutkan dari negeri “Gemah Ripah Loh Jinawi” ini. Baru saja kasus korupsi tambang sebesar 300 triliun diputus  Pengadilan Tinggi Jakarta dengan hukuman lebih berat,  muncul berita anak muda yang diarak karena nyolong pisang buat makan. Begitu hebohnya kasus pagar laut, yang bisa dijerat cuma lurah kehed!

Perasaan baru terasa lega ketika para dermawan — kebiasaan di Indonesia — ramai-ramai menyumbang anak muda pencuri pisang itu, muncul kasus korupsi pembelian minyak di Pertamina yang merugikan negara Rp 193 triliun, di tahun 2023. Itu belum dihitung kerugian tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga  Wacana Musium Perfilman dan Nasib Sinematek Indonesia

Terlalu banyak kasus-kasus tak masuk akal
yang diberitakan. Seperti drama dalam film India yang menguras perasaan. Dan kita, bangsa Indonesia berada dalam pusaran drama itu.

Rakyat berharap, drama-drama itu segera berakhir dengan terpilihnya presiden baru, terutama kasus-kasus korupsi raksasa yang membuat dada terasa sesak.

Harapan sempat muncul ketika calon presiden mengatakan akan mengejar koruptor sampai ke Antartika atau ke gurun yang paling jauh. Bahkan sebelumnya ada janji yang membuat rakyat melayang ke langit ke tujuh, antara lain akan memberi pendidikan gratis, subsidi angkutan, dan lain sebagainya. Sampai lupa untuk diingat karena saking banyaknya.

Tapi kata Bob Tutupoli (almarhum), “Memang lidah tak bertulang – lain di bibir lain di hati”. Atau kata Nia Daniati, “Janji, janji, tinggal janji, bulan madu hanya mimpi.”

Baca Juga  Polisi Geledah 'Kantor Satelit' Judi Online Yang Libatkan Pegawai Komdigi

Belum apa-apa, presiden sudah menghimbau agar koruptor mengembalikan uang yang dicarinya secara sukarela. Diam-diam supaya tidak dipermalukan. Anggaran banyak Kementerian dipotong, yang membuat pembangunan terancam. Bagaimana ini? Halo…!

Sementara itu perangkat hukum yang ada sulit membongkar tumpukan sampah berisi bangkai. KPK dilemahkan. Orang lebih percaya kepada Damkar ketimbang polisi. Ini kan gawat! Lagu “Bayar, Bayar, Bayar” dari Grup Sukatani bisa jadi cermin.

Sampai saat ini sulit dibedakan antara politisi dan pejabat negara. Presiden dan menteri-menteri masih jadi ketua partai.
Adagium “Kesetiaan pada partai akan berakhir, begitu kesetiaan kepada bangsa dimulai”, cuma jadi slogan. Bisa tidak mereka meninggalkan partainya ketika menjadi pejabat negara? Adagium itu jangan hanya dipakai ketika ada kepala daerah tidak ikut ret-ret.

Baca Juga  Bhagawad Gawat

Rasanya, harapan untuk melihat Indonesia yang lebih baik, masih jauh. Jauh banget! Bukan tidak ada harapan, tetapi gejalanya belum menunjukkan ke arah yang lebih baik. Menjalankan pemerintahan seperti mengelola entertainment. Ada retret untuk Menteri dan Kepala Daerah yang efektivitasnya diragukan. Bagaimana tidak, baru beberapa bulan mengikuti retret, sudah ada menteri yang blunder; ada menteri yang  direshufle gara-gara didemo ASN yang bekerja di kementeriannya.

Emangnya para menteri, para Kepala daerah yang sudah bangkotan dan terpilih karena politik uang, bisa diperbaiki mentalnya? Tegakkan saja hukum, Insya Allah semuanya akan menjadi baik.

Tolong, jangan biarkan rakyat terus menjadi pemeran dalam drama kehidupan yang mengharu biru. Jangan sampai hidup di negeri yang asyik ini, malah terasa asin! Apalagi menjelang Ramadhan ini, harga-harga kebutuhan pokok langsung naik! (Herman Wijaya)

Share :

Baca Juga

Esai

Presidential Threshold Sang Tertuduh!

Berita

Abimantrana

Esai

Dilema Partai Politik Paska Reformasi
Putin

Berita

Bagaimana Jika Indonesia Diboikot Seperti Rusia?

Esai

Orang Film

Berita

Muhaimin Iskandar Cethar
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Metastase Budidaya KKN
WAGIMAN DEEP

Berita

Wawancanda Wagiman Deep: “Jangankan Jajal Sirkuit, Pake Sarung Aja Bikin Orang Julid”