Home / Berita

Rabu, 31 Agustus 2022 - 01:16 WIB

Ada 5 Kesalahan yang Membuat Indonesia Sulit Maju.

Defacto – Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam luar biasa. Kaya akan  sumber daya alam, tanahnya subur, potensi ekonomi  lautnya besar dan cuaca sangat menunjang! Sebagai negara, Indonesia sudah merdeka selama 77 tahun.

Tetapi apa yang terjadi? Ternyata Indonesia jauh tertinggal dibanding beberapa negara yang memiliki sumberdaya alam, seperti Korea, Jepang, Cina, bahwa dengan Taiwan, Singapura, Thailand dan Vietnam!

Menteri BUMN di era pemerintahan Presiden Megawati Soekarno menyampaikan hal itu, melalui bukunya yang diluncurkan di Bimasena Club, The Dharmawangsa, Jalarta Selatan, Selasa (30/8/2022) sore.

Dalam peluncuran itu tampil pula pembicara Menteri BUMN era SBY Dahlan Iskan, Akademisi Yudi Latif, dan budayawan Eros Djarot yang sekaligus menjadi moderator.

“Dulu kita lebih maju dari Tiongkok. Sekarang jarak kemajuannya antara langit dan sumur. Setelah itu kita masih disejajarkan dengan Korea Selatan dan Taiwan. Sebagai sama-sama macan kecil. Kini kita disejajarkan dengan Vietnam, Kamboja, Bangladesh,” kata Laksamana.

Baca Juga  Bersaing dalam Kreasi, Pariwisata Pagaralam Naik Daun

Menurutnya sampai saat ini Indonesia belum mampu (atau tidak  mampu) meningkatkan status ekonomi (kesejahteraan  rakyat) menjadi negara berpenghasilan tinggi (sejahtera)? Perekonomiannya terjebak dalam pendapatan  kelas menengah (Middle Income Trap).

Salah satu sebab yang mendasar adalah,  Indonesia memiliki produktivitas sumber manusia yang  jauh lebih rendah dari negara-negara tetangga tersebut.
Kemampuan meningkatkan produktivitas manusia  tersebut pada umumnya terbelenggu oleh ‘Lima Kesalahan” atau “Pancasalah”. Yaitu salah kaprah, salah lihat, salah asuh, salah tafsir, dan salah tata kelola.

Lima kesalahan itu dijabarkan oleh Laksamana Sukardi dalam bukunya yang berjudul “Pancasalah”.

“Buku ini merupakan hasil pemikiran saya yang  dirangkum dari studi literatur dan berbagai  diskusi formal serta diskusi tidak formal  (diskusi kelompok whatsapp). Pengalaman  saya menekuni bidang ekonomi sebagai  bankir profesional dan keterlibatan saya dalam gerakan  reformasi 1998 di Indonesia serta tugas sebagai Menteri  Kabinet Gotong Royong Republik Indonesia (1999-2004)  yang bertanggung jawab dalam restrukturisasi ekonomi  dan dunia usaha di Indonesia sangat memberikan  kontribusi pemikiran yang saya tuangkan dalam buku  ini,” papar Laksamana.

Baca Juga  Diperkirakan 50 Ribu Wisatawan Datang ke Bali Dalam Rangka WWF ke-10

Laksamana nampaknya gemas dengan kesulitan negara ini untuk maju. Bahkan terdegradasi dua kali.  “Dan masih ada kemungkinan mereka akan meninggalkan kita, karena kita menganut Pancasalah,” tulisnya di buku itu.

Budayawan yang dikenal pula sebagai politisi senior Eros Djarot, mengingatkan pentingnya membaca kembali preambule (pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

Eros mengatakan hal itu untuk menjawab pertanyaan floor, mengenai solusi sederhana dari sisi kebudayaan untuk memperbaiki kondisi negara yang sedang tidak baik-baik.

Sedangkan Dahlan Iskan menyoroti kenaikan harga BBM di dalam negeri yang berulangkali naik.

“Melihat fenomena kenaikan harga BBM yang selalu berulang, Dahlan Iskan mengatakan sebaiknya negara mulai menggunakan enerji non BBM. “Kita sudah harus manfaatkan enerji untuk mengganti pemakaian BBM. Salahsatunya mulai memakai kendaraan listrik,” kata Dahlan yang juga menjadi Menteri BUMN di era pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.

Baca Juga  Ketua DPD Nilai Presidential Treshold Lebih Banyak Mudaratnya

Buku “Pancasalah” diterbitkan oleh penerbit KKK dan Oetoesan Indonesia. Meskipun  tipis, Dahlan Iskan menyebutnya sebagai buku yang tebal dengan isi.

Yudi Latif menyebut “Pancasalah” sebagai parodi kritis, dengan kehebatan filosofi Pancasila, dan dukungan sumberdaya melimpah, namun terus tertinggal dalam menaiki tangga kemajuan.

Ir. Laksamana Sukardi (lahir 1 Oktober 1956) Ia meraih gelar sarjana pada tahun 1979 dari Jurusan Teknik Sipil,  Institut Teknologi Bandung. Sebelum menjadi politisi, ia adalah salah satu ekonom dan bankir milik Bank Lippo  dan LippoGroup. 

Ia pernah bergabung sebagai  politisi  dari Partai Demokrasi Indonesia dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dan menjadi Anggota DPR RI (1999), Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal di bawah pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (1999 – 2000), lalu menjabat sebaga Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara pada Kabinet Gotong Royong di bawah Presiden Megawati Soekarnoputri  (2001 – 2004). Matt Bento

Share :

Baca Juga

Berita

1.904 Personel Gabungan Dikerahkan Kawal Aksi Reuni 411 Hari Ini
Ayu Azhari

Berita

Ayu Azhari Mencicip Gastronosia Wedus Tugel

Berita

Puan Maharani Kembali Pimpin DPR RI

Berita

PWI Pusat Copot Andi Gino, Marganas Nainggolan Ditunjuk sebagai Plt Ketua PWI Kepri
Bendungan

Berita

Presiden Joko Widodo Resmikan Bendungan Tugu dan Bendungan Gingseng di JawaTimur

Berita

Sejarah 27 Juli Berdarah

Berita

Tim SAR Brimob Polda Metro Jaya Evakuasi Warga Kampung Melayu Terdampak Banjir

Berita

Pengamat Musik Bens Leo Meninggal Dunia