Home / Berita

Selasa, 22 Februari 2022 - 11:39 WIB

HaloPuan di Garut : Gerakan Makan Kelor untuk Lawan Stunting

Defacto – Kabupaten Garut kembali menjadi lokus Gerakan Melawan Stunting yang diinisiasi Ketua DPR RI Puan Maharani melalui lembaganya HaloPuan.

Setelah sebelumnya di Desa Sukajaya, Kecamatan Malangbong, Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, dan Kelurahan Sukamentri, Kecamatan Garut Kota, HaloPuan pada Senin, 21 Februari 2022, menggelar Gerakan Melawan Stunting di Kantor Kecamatan Sukawening, sekitar satu jam perjalanan dari pusat kota Garut.

Sekitar 200 warga sasaran, yang terdiri dari ibu dengan balita stunting, ibu hamil, perempuan pranikah, dan kader posyandu, mengikuti gerakan yang dilaksanakan bersama DPC PDI Perjuangan Kabupaten Garut tersebut. Mereka berasal dari sebelas desa di Kecamatan Sukawening.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Wakil Bupati Garut dr. Helmi Budiman, Anggota DPRD Kabupaten Garut sekaligus Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Garut, Yudha Puja Turnawan, dan Camat Sukawening Jeje Jainal Abidin. Warga sasaran mendapatkan penyuluhan tentang gizi seimbang dan bahaya stunting dari Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, dr. Tri Cahyo. Warga juga mendapatkan informasi mengenai kandungan nutrisi super bubuk daun kelor dari tim HaloPuan.

Baca Juga  Bakrie Amanah Perkenalkan Berbagai Program Baru di  Acara Open House 2022

Dalam sambutannya, Koordinator HaloPuan, Poppy Astari, menjelaskan bahwa angka stunting di Kabupaten Garut sebenarnya turun dari 43,2 persen pada 2017 menjadi 34,7 persen pada 2018 menurut data Riset Kesehatan Dasar. Angka itu terus turun pada 2019 menjadi 27,03 persen. Namun, dalam dua tahun terakhir di era Pandemi Covid-19, diperkirakan angka stunting di Garut melonjak kembali meskipun belum ada angka estimasi resmi.

Terlepas dari angka-angka itu, menurut Poppy, HaloPuan bersama PDI Perjuangan Kabupaten Garut melihat bahwa yang terpenting adalah mencegah kejadian stunting baru selain memulihkan mereka yang telah mengalami stunting. Caranya adalah dengan membangun kesadaran warga untuk memberi asupan gizi seimbang kepada balita dalam periode 1000 hari pertama kehidupan.

“Membangun kesadaran warga ini tak cukup hanya dengan mengandalkan program-program pemerintah,” ujar Poppy. “Karena itulah, Ibu Puan Maharani menginisiasi Gerakan Melawan Stunting ini sebagai gerakan bersama warga.”

Baca Juga  Sony Menunda Film Anti-Hero, Morbius untuk Kesekian Kalinya

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Anggota DPRD Kabupaten Garut sekaligus Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Garut, Yudha Puja Turnawan, menceritakan bahwa dirinya “memaksa” tim HaloPuan untuk kembali ke Garut meskipun HaloPuan tengah sibuk menggelar gerakan yang sama di sejumlah daerah di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

“Ini karena dari hasil monitoring kami bersama HaloPuan di Malangbong, bubuk daun kelor terbukti memiliki kandungan gizi yang luar biasa, dan inilah yang dibawa HaloPuan,” kata Yudha. Yudha pun menyarankan kepada Wakil Bupati Garut agar pemerintah Kabupaten Garut mencanangkan “Gerakan Makan Kelor” untuk melawan stunting.

Wakil Bupati dr. Helmi Budiman mengapresiasi gotong royong antara DPC PDI Perjuangan Kabupaten Garut dengan tim HaloPuan.

“Mereka telah berbagi solusi bagi masalah yang tengah dihadapi oleh Kabupaten Garut (stunting),” kata Helmi. “Salam buat Mbak Puan Maharani.”

Baca Juga  Nyali Mahfud MD

Lebih jauh, Helmi yang juga Ketua Pengarah Tim Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Garut menjelaskan bahwa stunting bukanya hanya masalah yang terkait fisik (tinggi atau pendek tubuh anak), tapi lebih mengarah kepada kecerdasan.

“Kita seharunya menerima bonus demografi pada 2045 tapi karena stunting, (bonus) itu bisa menjadi beban. Nah, itulah yang kita khawatirkan,” kata Helmi.

Target pemerintah untuk menurunkan angka stunting secara nasional hingga 14 persen pada 2024 menurut Helmi bukan pekerjaan ringan, apalagi mengingat angka stunting di Kabupaten Garut melebihi angka rata-rata nasional (27 persen).

Di akhir kegiatan, HaloPuan dan kader-kader PDI Perjuangan Kabupaten Garut menyerahkan paket makananan tambahan, termasuk di dalamnya 400 gram bubuk daun kelor, kepada 200 warga sasaran.

Bubuk daun kelor itu bisa langsung diolah warga menjadi berbagai menu makanan yang enak dikonsumsi anak-anak. Perwakilan warga juga menerima menerima bibit kelor dari HaloPuan dan PDI Perjuangan Kabupaten Garut. man

Share :

Baca Juga

deFACTO.id -- dalam rentang waktu lima tahun belakangan ini Kota Pagaralam mulai dikenal dunia sebagai salah satu sentra penghasil kopi terbaik. Padahal, kopi - atau kawe - masyarakat setempat menyebutnya - sudah ditanam sekurangnya sejak tahun 1918. Hal itu dimungkinkan karena terbukanya arus informasi berbasis IT serta mulai tergeraknya hati generasi muda petani kopi Pagaralam untuk memproses dan membranding hasil kopi mereka - dari sebelumnya yang hanya menjual mentahan. Berpuluh-puluh tahun lamanya kopi robusta dari Pagaralam dijual mentahan, diangkut dengan truk, dijual ke luar - dan dikapalkan pelalui pelabuhan Panjang (Lampung). Itulah barangkali sebabnya mengapa kopi Pagaralam (plus Lahat, Empatlawang dan sekitar gugusan Bukit Barisan) selama ini dikenal dengan julukan Kopi Lampung. Tak puas dengan stigma ini, anak-anak muda Pagaralam tergerak melakukan banyak terobosan, mulai dari memperbaiki sistem penanaman, panen, pascapanen, hingga branding. Tak puas dengan itu, mereka pun melengkapi "perjuangan" mereka dengan membuka kedai-kedai kopi, dilengkapi dengan peralatan semicanggih, - meski secara ekonomis usaha mereka belum menguntungkan. Di antara para "pejuang kopi" Itu bisa disebut misalnya Miladi Susanto (brand Kawah Dempo), Frans Wicaksono (Absolut Coffee), Sasi Radial (Jagad Besemah), Azhari (Sipahitlidah Coffee), Dian Ardiansyah (DNA Coffee), Wenny Bastian (Putra Abadi), Efriansyah (Rempasai Coffee), Dendy Dendek (Kopi Baghi), Hamsyah Tsakti (Kopi Kuali), Iwan Riduan (Waroeng Peko) dan banyak lagi. Dalam banyak lomba dan festival, lingkup nasional maupun internasional, kopi Pagaralam banyak dipuji dan diunggulkan - baik secara kualitas maupun orang-orang (petani & barista) yang ada di belakangnya* HSZ

Berita

Pagaralam Punya Kopi, Lampung Punya Nama

Berita

Meskipun Turun Hujan Warga Citamiang Antusias Datangi Baksos HaloPuan

Berita

Ada 5 Kesalahan yang Membuat Indonesia Sulit Maju.

Berita

Pemerintah Fasilitasi Angkutan Sepeda Motor Gratis dengan Kereta Api Selama Nataru 2024
Ganjjar Pranowo

Berita

Ganjar Pranowo dan Istrinya Bersama Mahasiswa Aceh Ziarah di Makam Pocut Meurah Intan

Berita

PSSI Tidak Pernah Mengurus Pembinaan Pemain Usia Muda

Berita

Kemenhub Sediakan Puluhan Ribu Tiket Kapal Gratis untuk Nataru 2025

Berita

Akibat Perselingkuhan, Komplotan KKB Serang Warga dan Bakar Bangunan