Ia datang pada suatu siang yang mendung. Tawanya renyah dan aku tahu matanya murung. “Satu lagi kawan kita mati. Kita sudah dalam antrean menunggu pergi. Bisa besok lusa atau hari ini. Ada beberapa sahabat lain yang mulai sakit. Mereka terbaring dalam hidup yang pahit. Aku bertamu dan mencoba menghibur. Aku bacakan doa cara bersyukur. Aku teguhkan agar tidak takut mati. Aku hitungkan nominal matematika yang pasti.”
Kematian yang dipersoalkan
hanya menambah beban
bagi akal meramu ramalan
Jakarta, 14012023
Harry Tjahjono
Illustrasi foto oleh Herman Wijaya