JAKARTA, TERMINALNEWS.CO – Anggota Komisi X DPR RI yang juga dicalonkan oleh PDIP sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Pramono Anung, Sabtu (7/9/2024) mendadak muncul di Ruang Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Yasin, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.
Kehadiran Rano adalah untuk memeriahkan Bincang-bincang novel Sinar, karya penulis Rayni M. Massardi. Ini merupakan kejadian luar biasa, mengingat Rano selama ini jarang sekali hadir di tengah masyarakat. Tapi menjelang Pilkada DKI ini ia memang jadi rajin menemui masyarakat.
“Gua berkali-kali ditelepon oleh Renny (Djayusman), ya..gua datanglah ke sini. Tadi waktu mau masuk ke sini, liftnya kecil banget, kagak ada AC-nya!” kata Rano berapi-api.
Menurut aktor dan politikus PDIP yang pernah menjadi Wakil Gubernur Banten ini, dirinyalah yang paling menentang keras ketika TIM akan direvutalisasi, dan pengelolaannya kemudian diserahkan kepada Jakpro, unit usaha di bawah Pemprov DKI. Dengan menyerahkan pengelolaan kepada Jakpro, ia yakin TIM akan jadi tempat komersial, dan kalangan seniman tidak mampu menjangkaunya.
“Sekarang terbukti kan? Seniman bisa apa? Akibatnya banyak seniman yang tidak bisa menampilkan karyanya di TIM,” kata Rano.
Rano Karno juga mengkritik biaya pemeliharaan Jakarta International Stadium (JIS), stadion sepakbola yang dibangun di masa Gubernur Anies Basweda. Biaya pemeliharaan JIS per tahun menurutnya mencapai Rp. 100 milyar, sedangkan biaya sewanya Rp.1 milyar sekali pakai. Tapi sampai saat ini sangat sedikit event yang diadakan di JIS, termasuk pertandingan sepakbola.
Rano mengaku kehadirannya di PDS HB Yasin bukan untuk kampanye, karena belum jadwalnya berkampanye. “Di Pilkada nanti jangan pilih saya, pilihlah Pramono Anung,” ujar Rano, seraya terburu-buru meninggalkan tempat acara.
Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) merupakan salah satu rekam jejak Anies Baswedan saat menjadi Gubernur DKI Jakarta. Langkah ini diambil oleh Anies Baswedan dikarenakan, sebagai ikon budaya Jakarta yang telah menjadi pusat seni dan kegiatan budaya sejak 1968 eksistensi Taman Ismail Marzuki dinilai telah tergerus oleh zaman. (*/hw),,