Defacto – HaloPuan, aktivitas sosial yang diinisiasi oleh Ketua DPR, Puan Maharani, kembali melakukan kegiatan.
Setelah menggelar kegiatan di Priangan Timur, pada Selasa (1/11/2022) kegiatan diadakan di Kabupaten Majalengka.
Desa Cisambeng, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka, menjadi lokasi pertama kerja sama HaloPuan dan Muslimat NU Jawa Barat dalam melawan stunting. Kerja sama ini merupakan perwujudan penandatangan kesepakatan antara HaloPuan sebagai lembaga sosial Ketua DPR RI Puan Maharani dengan Muslimat NU Jawa Barat di acara Harlah ke-76 Muslimat NU di Bandung.
Sejak pukul 8 pagi, sekitar 158 warga Cisambeng mendatangi lokasi kegiatan Kaum Ibu Melawan Stunting di Pondok Pesantren Raudlatul Mubtadi’in.
Pesantren ini merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional yang menerapkan metode modern. Selain metode tradisional seperti sorogan dan bandungan, Raudlatul Mubtadi’in juga menggunakan metode amtsilati untuk mengajarkan membaca kitab kuning secara cepat.
Pengasuh Raudlatul Mubtadi’in sekaligus Ketua Muslimat NU Kabupaten Majalengka, Minatul Maula, berterima kasih kepada HaloPuan dan Puan Maharani yang telah mau berbagi ilmu seputar penanggulangan stunting. Selain kesehatan, Minatul menekan pentingnya peran keberagamaan dalam mempersiapkan pernikahan dan kehamilan, dan pada akhirnya dalam melawan stunting.
“Ibu-ibu dan remaja putri yang hadir di sini memiliki peran penting dalam membesarkan generasi masa depan bangsa,” katanya, “karena kitalah yang paling dekat dengan anak-anak sehingga kita harus mengetahui ajaran agama tentang pendidikan anak dan doa-doa untuk anak.”
Sekitar 158 peserta kegiatan ini terdiri dari ibu dengan baduta (bayi bawah dua tahun), ibu hamil, dan santriwati. Mereka memperoleh penyuluhan mengenai pola asuh dan pola makan yang benar untuk mencegah kejadian stunting. Khusus kepada remaja putri, staf ahli gizi Puskesmas Waringin, Nana Karmanah, menekankan pentingnya mereka menjaga kesehatan alat reproduksi dengan menghindari pergaulan bebas.
“Salah satu penyebab stunting adalah penyakit infeksi, yang antara lain adalah HIV/AIDS,” ujarnya.
Penyuluh lain dari Muslimat NU, Piah Murtapiah, meminta kaum ibu untuk tidak lupa berdoa saat berhubungan dengan suami dengan niat memperoleh keturunan. “Ini agar janin dan nantinya bayi kita selalu memperoleh perlindungan dari Allah SWT,” katanya seraya membacakan doa dimaksud.
Koordinator HaloPuan, Poppy Astari, menjelaskan mengapa Puan Maharani fokus kepada penanggulangan stunting di Jawa Barat. Ini karena angka kejadian stunting di provinsi ini termasuk tinggi, yakni 24,5 persen atau lebih tinggi dari rata-rata dunia sebesar 20 persen.
“Stunting ini tidak hanya akan berdampak pada fisik tapi juga perkembangan kognisi anak, sehingga generasi masa depan bangsa nantinya tidak mampu bersaing di tingkat global,” kata Poppy.
Tim HaloPuan kembali menyampaikan gagasan untuk memanfaatkan daun kelor dalam melawan stunting. Penggunaan daun kelor sangat mudah dan murah. Tanaman kelor tahan terhadap kekeringan dan hama. Daun kelor juga sudah bisa dipanen setelah tiga bulan ditanam.
Nilai nutrisi dan gizi yang dikandung daun kelor juga sangat kaya, dan ini telah dibuktikan oleh banyak riset ilmiah. Bubuk daun kelor misalnya setara dengan 7 kali vitamin C pada jeruk, 4 kali kalsium susu, 4 kali vitamin A pada wortel, 2 kali kalsium pada susu, dan 3 kali potassium pada pisang. Karena itu, dengan konsumsi bubuk daun kelor, ibu dan balita bisa memperoleh keseimbangan gizi.
Di akhir kegiatan, HaloPuan dan Muslimat NU membagikan paket makanan tambahan untuk kaum ibu dan balita. Termasuk di dalam paket itu adalah 400 gram bubuk daun kelor. MB