Panbers adalah satu nama kelompok pemusik legendaris yang masih bertahan hingga saat ini, meskipun personil aslinya ketika awal berdiri tinggal Asido Panjaitan (bungsu dari 4 bersaudara/drummer), dan seorang pemain yang sudah bergabung dengan grup musik ini sejak tahun 1979, Maxi Pandelaki (keyboard).Di tengah usianya yang sudah tidak muda lagi – 73 tahun – Asido tetap bersemangat menjaga eksistensi Panbers, setelah ditinggal pergi oleh ketiga saudara kandungnya selama-lamanya.
Ditemui di Kompleks Panbers di Kawasan Ciledug, Tangerang, beberapa waktu lalu, Asido yang baru saja pulan dari rumah sakit untuk melakukan pengobatan rutin atas penyakit yang dideritanya, memberikan waktu untuk diwawancarai, sekilas perjalanan Panjaitan Bersaudara (Panbers) hingga kini membentuk The New Panbers, sebagai upaya untuk menjaga nama besar grup band legendaris itu.
“Saya ingat pesan Bang Benny (Panjaitan) agar meneruskan grup musik Panbers, meskipun beliau kelak tak ada. Nah karena pesan beliau itulah, meskipun sekarang saya sudah berusia 73 tahun, saya tetap berusaha mempertahankan nama Panbers dengan tambahan personil-personil baru,” kata Asido dengan nada bicara agak tersendat karena pernah terserang stroke ringan, dan bahkan pernah mengalami mati suri.
Nama Panbers sendiri sebenarnya ingin dilanjutkan oleh anak-anak dari Hans, Doan, Benny dan Asido dengan nama Panbers Yunior. Tetapi pimpinan grup musik ini, Anak kandung almarhum Benny Panjaitan, yang menjadi pimpinan grup Panber Yunior meninggal dunia, sehingga grup ini vakum.
Karena mengingat pesan Benny Panjaitan, abangnya, Asido lalu tampil lagi untuk menyelamatkan Panbers. Maka direkrutlah beberapa pemain baru, termasuk Nick, anak Hans Panjaitan yang kini menjadi vokalis bersama vokalis muda lainnya, Mario Siwabessy.
The New Panbers yang dipimpin oleh Asido ini tidak melulu diperkuat oleh keluarga Panjaitan. Selain pemain lama Maxi Pandelaki (keyboard), pemain baru lainnya adalah Ihwan Panjaitan (melody), Yusuf Adil Chaniago (bass) dan tentu saja Mario Siwabessy dan Nick Panjaitan pada vocal.
“Jadi sekarang ini grup band Nusantara, karena pemainnya selain orang Batak, ada juga orang Manado, Ambon dan Padang,” kata Asido.
Dengan para personil baru itu Asido tidak merasa sulit untuk ngklik. Karena beberapa di antaranya adalah para pemusik senior yang sudah tahu lagu-lagu Panbers. Sebaliknya bagi para pemusik senior yang sebelumnya bermain serabutan, bergabung dengan The New Panbers ternyata memiliki nilai tambah sendiri.
“Kalau dulu setiap kami main musik, mana ada orang peduli sama kita. Sekarang setiap bermain sama Panbers, begitu turun panggung, banyak yang salaman dan minta potret bersama,” kata Ikhwan Panjaitan, yang diamini oleh Yusuf Chaniago. “Ya buat saya sih menyenangkanlah bermain bersama Panbers, di samping kita juga suka lagu-lagunya,” tambah Yusuf.
Salah satu keuntungan Asido dan kawan-kawan barunya dalam meneruskan nama besar Panbers, karena lagu-lagu Panbers sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Bahkan lagu “Gereja Tua” yang diciptakan sehjak tahun 1986, sampai saat ini masih terus dinyanyikan orang, termasuk oleh anak-anak muda.
Bagi para personil The New Panbers, membawakan lagu-lagu Panbers memberi dua, bahkan tiga keuntungan buat mereka. Selain bias memainkan musik yang disenangi, grup musik ini juga telah memberikan sumber penghidupan buat mereka, walau pun frekwensi tampilnya masih bias dihitung dengan jari dalam sebulan. Keuntungan lainnya adalah, mereka bisa melestarikan nama besar grup legendaris Indonesia, Panbers.
Panbers adalah satu nama kelompok pemusik yang merupakan singkatan dari Pandjaitan Bersaudara. Kelompok musik ini didirikan pada tahun 1963 di Surabaya, terdiri dari empat orang kakak beradik kandung putra-putra dari Drs. J.M.M. Pandjaitan, S.H, (Alm) dengan Bosani S.O. Sitompul. Mereka adalah Benny Panjaitan sebagai gitar lead & rhythm, keyboard, piano, vokal utama dan leader, Hans Panjaitan pada gitar lead & rhythm, keyboard, piano dan vokal, Doan Panjaitan pada bass, kibor dan vokal, serta Asido Panjaitan pada drum dan vokal, Pada 25 Januari 1969 di Jakarta nama Panjaitan Bersaudara resmi di singkat menjadi Panbers. Dalam perkembangannya formasi band ini berubah dan bertambah sejak tahun 1990-an dengan kehadiran Maxi Pandelaki sebagai basssist, Hans Noya sebagai gitar lead & rhythm, vokal dan Hendri Lamiri pada biola.
Panbers telah menciptakan lebih dari 700 lagu dalam ratusan album, baik yang beraliran pop, rock, rohani, keroncong bahkan Melayu. Hampir semua lagu panbers adalah ciptaan dari sang vokali Benny Panjaitan. Mereka sudah membuat vasiasi lagu kurang lebih dalam 15 bahasa daerah Indonesia. Misalnya lagu “Gereja Tua” yang membuahkan piringan emas kesembilan untuk Grup Panbers[7] telah dibuat dalam 10 versi bahasa daerah. Hal itu menjadi salah satu kekuatan group ini, disamping keutuhan mereka yang tak pernah mengalami perseteruan dan perpecahan yang mengakibatkan bongkar pasang personel.
Kiprah bermusik Panbers sempat berhenti sejenak dengan keluar dan wafatnya abang tertua mereka Hans Pandjaitan mengundurkan diri karena sakit pada tahun 1992. Pada 12 Maret 1995 Hans dalam usia 50 tahun akibat penyakit jantung.
Doan Panjaitan menyusul. Ia mengembuskan napas terakhir dua hari lalu lantaran gagal ginjal, pada 1 November 2011. Dan pada 24 Oktober 2017, motor grup musik bersaudara ini menyusul kedua saudaranya, setelah mengalami stroke yang cukup lama. (hw)
Piringan Emas
1. 1975 Bebaskan
2. 1976 Nasib Cintaku
3. 1978 Musafir
4. 1979 Kasihku
5. 1986 Gereja Tua
6. 2001 Cinta Dan Permata