Home / Berita

Kamis, 2 Desember 2021 - 21:27 WIB

Pengkotbah Yang Tega Menipu Para Pensiunan

DeFacto.id – Dikalangan pendengarnya, William Neil “Doc” Gallagher dikenal sebagai ‘Dokter Uang’, karena konon memang ahli dibidang pengelolaan keuangan. Doc kerap siaran radio. Itulah sebabnya ia dikenal banyak orang. Radio digunakan Doc sebagai ‘kendaraannya’.

Pengkotbah relijius

Melalui sebuah Radio Kristen, selain mengulas soal keuangan Doc juga kerap berkotbah tentang agama Kristen. Suaranya bisa didengar di seantero negara bagian Texas utara, Amerika, yang merupakan gudangnya penganut Kristen konservatif.

Suara Doc menawan, karena memancarkan wibawa dan rasa percaya diri yang kuat. Ia merangkul keluarga, maka, ia menggunakan motto yang menarik: “Sampai Ketemu di Gereja (di hari) Minggu”, dan orang pun terkesima lalu terlena.

Dalam ‘paket’ promo tentang dirinya yang diunggah di Youtube, Doc dinarasikan sebagai, “seorang Amerika sejati. Dengan integritas yang tak diragukan lagi. Kegemarannya adalah menolong orang, terutama para pensiunan agar mereka merasa aman dan bahagia”

Doc juga menulis sebuah buku dengan nafas relijius, “Jesus Christ, Money Master”. Maka, ini kemudian menjadi sebuah ‘paket’ yang sempurna untuk mengecoh: seorang yang relijius, pengkotbah, ahli keuangan sekaligus penulis buku religi. Lengkap.

Dalam setiap siarannya, ia selalu mengatakan siap membantu para pensiunan dalam mengelola keuangannya.

Illustration of William Gallagher's book "Jesus Christ, Money Master"

Pensiunan yang jadi sasaran

Baca Juga  Menparekraf Luncurkan Dokumen Rencana Induk Daya Tarik Wisata di Destinasi Prioritas

Dan benar saja, lebih dari 1.000 orang kemudian ‘dibimbing’ oleh Doc dan perusahaan keuangannya ‘Gallagher Financial Group’ mereka -para pensiunan ini  – dituntun oleh Doc menuju ‘kemandirian finansial’ di masa tuanya.

Namun semua hanya topeng. Kedok sesungguhnya akhirnya tersingkap. Pada kenyataanya, Doc hanya seorang penipu yang bersembunyi di balik ayat-ayat Injil yang seharusnya Dikuduskan.

Atas semua sepak terjangnya Doc berhasil menghimpun setidaknya 32 juta dollar, setara 464 milyar rupiah. Korbannya para pensiunan dengan rentang usia 62 sampai dengan 91 tahun.

Mereka dibujuk agar menginvestasikan uangnya, untuk ditangani oleh ‘ahli keuangan nan relijius’ dengan risiko yang -katanya- minim namun memiliki keuntungan 5 – 8 persen. Siapa yang tak tergiur?

Orang lalu tak lagi memikirkan hal kritis namun mendasar dan penting: kemana semua uang yang masuk ini diputar? Atau diinvestasikan dalam bidang apa? Hingga bisa menghasilkan keuntungan bagi semua investornya? Semua terlena karena terlanjur terkesima.

Pada kenyataannya Doc menjalankan ‘investasi’ dengan Skema Ponzi. Artinya, uang investasi anggota yang masuk belakangan digunakan untuk memberi ‘keuntungan’ pada anggota yang telah mendaftar lebih dulu.

Setoran ‘keuntungannya’ saja, sementara investasi pokoknya entah lari kemana. Apalagi kalau bukan untuk biaya pribadi!

Skema yang dijalankan Doc adalah ‘tipu-tipu’ cara lama. Ponzi sudah dikenal sejak pertengahan abad 18, namun benar-benar ‘booming’ di tahun 1920-an.

Baca Juga  Indonesia Ikuti Sidang IMO ke-132 di London

Kelemahan Skema Ponzi adalah: semua susunan akan berantakan manakalah tidak ada lagi anggota baru yang masuk. Karena tak ada anggota baru, maka tak ada setoran ‘keuntungan’ bagi mereka yang telah masuk terlebih dahulu.

Bila kondisi ini terjadi, maka semua macet. Kedok ‘tipuannya’ langsung terbongkar.

Pada titik ini kasihan mereka yang telah menginvestasikan uangnya. Seorang wanita berusia 70 tahun yang bermasalah dengan kelenjar getah beningnya, dikabarkan telah menyetorkan simpanannya sebesar setengah juta dollar pada perusaan Doc.

Begitu juga seorang pensiunan polisi yang mempercayakan semua uang pensiunnya. Korban lain sampai menjual rumahnya, atau ada juga yang meminjam sejumlah besar uang pada anak agar bisa ‘dikelola’ oleh Doc.

Pihak berwajib segera bergerak. Dua perusahaan milik Doc, Gallagher Financial Group, Inc. dan W. Neil Gallagher, Ph.D. Agency, Inc. telah dibekukan sejak Maret 2019, dan ‘pengkotbah’ radio itu kini telah mendekam di balik jeruji besi.

Andika Surachman dan istrinya Anniesa Hasibuan

First Travel

Di Indonesia kerap terjadi laporan peniupan dengan memakai Skema Ponzi. Yang paling fenomenal adalah paket Umrah Murah yang dikelola oleh pasangan Andika Surachman dan istrinya Anniesa Hasibuan, dengan biro umrahnya ‘First Travel’ pada tahun 2015.

Baca Juga  Menparekraf Buka Pendaftaran Seleksi Masuk Poltekpar 2024 Secara Resmi

Pasangan ini memang tak menjanjikan keuntungan seperti Doc, namun ‘First Travel’ bisa memberangkatkan orang ke Tanah Suci hanya dengan dana 14,3 juta saja. Sangat murah. Sementara biro umrah lainnya sudah di angka 20 juta ke atas/ orang.

Secara hitungan Andika rugi dengan memasang harga 14,3 jt karena usaha semacam ini sudah memiliki hitungan yang baku. Ada selisih sekitar 5 juta/ orang yang harus dibayar Andika setiap kali ia memberangkatkan jemaahnya.

Nah, karena ia memakai skema Ponzi maka jemaah yang mendaftar belakangan uangnya digunakan untuk menutup kekurangan jemaah yang telah mendaftar lebih dahulu. Begitu seterusnya, sampai akhirnya modus umrah murah dan terindikasi penipuan ini dihentikan oleh yang berwajib.

Maka terbongkarlah semua kedok tipu-tipunya.

Total kerugian oleh sepak terjangan Andika dan istrinya mencapai 900 milyar, dengan jemaah yang gagal berangkat umrah sebanyak 63.000 orang!

Andika divonis 20 tahun penjara, dan istrinya 18 tahun.

Vonis ini jauh lebih ringan dari vonis yang diterima Doc. Ia mendapat dua vonis: pertama 25 tahun penjara dan 3 kali seumur hidup, untuk kerugian yang nilainya ‘hanya’ separuh yang dibuat Andika *Gun (sumber:BBC)

Share :

Baca Juga

Karikatur

Berita

Selamat Tahun Baru 2002

Berita

UNJ Kini Resmi Operasikan SangSang Univ Zone, Hasil Kerjasama dengan KT&G SangSang UI dan UNJ

Berita

Kemenhub Periksa Ratusan Bus Jelang Libur Sekolah
Laks

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Penguasa Predator Perbankan

Berita

HaloPuan di Garut : Gerakan Makan Kelor untuk Lawan Stunting

Berita

Menparekraf Tawarkan Investasi Pariwisata ke Pengusaha Properti Dubai
Laksmana Sukardi

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Pertanyaan Menerawang Zaman

Berita

LaNyalla Minta Pemerintah Libatkan Pengusaha Saat Bahas Regulasi