Home / Esai

Kamis, 18 November 2021 - 16:12 WIB

Wawancanda Wagiman Deep: “Istri Ngomelin Suami Bikin Trauma Seumur Hidup”

Wagiman Deep

Wagiman Deep

Parodi, humor, satire, lelucon, dagelan, lawakan, segala jenis apapun yang bisa menimbulkan tawa dan kegembiraan adalah solusi dari tekanan ekonomi, politik dan lain sebagainya. Itulah barangkali yang membuat di era Orde Baru yang represif Srimulat sangat populer. Begitu pula grup-grup lawak seperti Warkop DKI, Bagito, Kwartet Jaya, Jayakarta Grup, Patrio, mencapai puncaknya di masa itu.

Bahkan di zaman Orba, ada sebuah buku lelucon yang diterjemahkan dari bahasa Rusia berjudul Mati Ketawa Cara Rusia. Sebagian besar isinya lawakan politik yang mencerminkan ulah represif masif pemerintah komunis Uni Soviet. Isi buku itu dianggap relevan dengan suasana politik Orde Baru. Dan kata pengantar yang ditulis Gus Dur menambah bobot sekaligus meroketkan popularitas buku tersebut.

Di era reformasi, parodi, humor, satire dan lawakan tetap disukai publik. Terbukti dengan maraknya stand up comedy dan program lawak televisi yang tidak lucu. Sedangkan di medsos, utamanya Twitter, parodi dan humor satire akun Wagiman Deep merupakan salah satu yang menonjol, otentik dan konsisten.

Baca Juga  Dilema Partai Politik Paska Reformasi

Di Republik Twitter, WagimanDeep212 al Habieb Selow menyebut dirinya sebagai Akun Relijiyes ke VIII, Pabrik Figur, Buzer Dirham, Beking Vokal Tali Ban sekaligus Korlap Laskar Berbagi Kasih Indonesia—sebuah komunitas yang aktif melakukan kegiatan sosial di penjuru Indonesia.

Berikut ini Wawancanda Wagiman Deep perihal seorang istri di Karawang yang dilaporkan suaminya ke polisi dan kemudian dituntut 1 tahun penjara di pengadilan.

Di Karawang ada istri ngomelin suaminya yang sering mabuk, tapi justru dilaporkan ke polisi oleh suaminya yang merasa mengalami kekerasan psikis KDRT. Kenapa ya laporan suami kok diterima polisi?

Kasus inih menarik ntuk pembelajaran bagi para binik, bebrapa suami memang banyak yg menderita mental disolder gara-gara auman binik. Bangku Warteg, Kedai Kopi dua rebuan, Pangkalan Ojek bahkan teras rumah jadi saksi bisu tempat peristirahatan sejenak para penyintas STB (swami takut binik) slama inih. 

Baca Juga  Generasi Milenial Dihimbau Ambil Peluang di Era Metaverse

Apakah istri ngomelin suami yang mabuk-mabukan termasuk melakukan KDRT? 

Binik ngomel.ngomel ituh termasuk kekerasan verbal lebih ke mental. Traumanya seumur idup. Swami jadi kagak bisa hensem. Trauma omelan ituh bikin swami loyo di rumah nrojol di luar. Cangkemkan.

Kenapa kasus istri ngomelin suami mabuk itu membuat istri sampai disidang di pengadilan dan oleh jaksa dituntut 1 tahun penjara?

Barangkali pihak jaksa menemuken bukti bahwa sang swami ternyata mabok karena naik busway, bukan krena kharm. Padahal swami seharian mondar-mandir naik busway buat nyari nafkah buat binik, sampai rumah bukan dipijitin malah diomelin dituduh mabuk sgala macem. Ituh kan membagongkan swami.

Baca Juga  KI DKI Jakarta Apresiasi Langkah Cepat Pemerintah Tangani Gas LPG 3 Kilogram

Kenapa sih kejaksaan sampai tega memeriksa istri yang ngomelin suami? 

Untuk pembelajaran para binik lasekar, juga untuk binik pak jaksanya. Supaya melihat kalo hukum kagak pandang berbulu. Swami adalah slalu benar. Kalo tidak benar yang dituntut 1 tahun penjarah pastilah swami.

Jika omelan satu istri saja bisa dilaporkan suami ke polisi, bagaimana para suami yang berpoligami jika semua istrinya ngomel? 

Untuk praktisi poligami itu beda kasus. Para praktisi poligami itu cari singa jinak biasanya, pake mantra yg kuat. Beri sugesti klo melawan pawang adalah dosa besar. Jadi slama ini ya aman2 aja, kagak ada kasus yang mencuat. Kadang Netizen aja yang julid, chat mesum aja bisa masuk bui. Malesin bangets.* harry tjahjono

Share :

Baca Juga

Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Perbankan Nasional yang Rentan Gosip

Esai

Negara Sedang Baik-baik Saja?
Laksamana

Berita

Perang Dunia Maya: Cyber War

Esai

Optimisme dari Banjar Penusuan
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Indikator Kematian

Esai

Ketika “Citayam Fashion Week” Bukan Lagi Milik Anak Citayam!

Esai

Via Dolorosa
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu (II):