Home / Wisata & Budaya

Selasa, 2 November 2021 - 09:35 WIB

Tiga Desa Wisata Wakili Indonesia dalam Ajang “UNWTO Best Tourism Villages”

deFACTO –  Tiga desa peraih Anugerah Wisata Indonesia (AWI) 2021,  mewakili Indonesia dalam ajang IUNWTO Best Tourism Villages 2021 di London.

Jetiga desa itu adalah Desa Wisata Nglanggeran, Gunung Kidul, DIY Yogyakarta; Desa Wisata Tetebatu, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat; dan Desa Wae Rebo, Manggarai, Nusa Tenggara Timur.

Ketiga desa ini siap beradu keindahan dengan desa wisata di berbagai belahan dunia. Saingannya pun cukup berat dan sudah terkenal secara global, antara lain Murcia (Cehegin), Spanyol; Alonissos, Westerb Samos, dan Soufli yang mewakili Yunani; serta desa wisata dari Asia Tenggara seperti Vietnam, Filipina, Thailand, Malaysia, Kamboja, dan masih banyak lagi.

Berikut adalah profil ketiga desa tersebut:

Desa Wisata Nglanggeran

Pertama, Desa Wisata Nglanggeran. Terletak di Kecamatan Patuk, Gunung Kidul, DIY, tepatnya di kawasan Gunung Api Purba menjadi daya tarik terbesar dari desa wisata ini. Gunung Api Purba sendiri adalah bagian dari Geopark Gunung Sewu (geopark yang diakui oleh dunia).

Untuk menikmati kemegahan Gunung Api Purba, wisatawan bisa _tracking_ dengan menaiki 100 anak tangga. Setibanya di atas, pengunjung bisa melihat gunung api purba yang membentang luas dengan keunikan bongkahan-bongkahan batu. Pengunjung bisa melihat pemandangan utuh geosite serta melihat keunikan Kampung Pitu. Yakni satu kampung yang hanya boleh diisi 7 keluarga.

Baca Juga  Lukisan Van Gogh "Meules de Ble" Terjual 35.9 Juta Dolar US

Selain itu, terdapat pula Embung Nglanggeran. Objek wisata yang merupakan tampungan air seluas 0,34 hektare ini digunakan sebagai pengairan kebun warga.

Desa Wisata Nglanggeran juga kaya akan potensi seni dan budaya yang masih tetap terjaga kelestariannya. Diantaranya Tarian Reog Nglanggeran, GejogLesung, Jathilan, Kenduri, Karawitan, dan Festival Kirab Budaya.

Ada pula potensi ekonomi kreatif seperti kerajinan batik topeng, olahan spa, dan deretan kuliner. Desa Wisata Nglanggeran juga memiliki batik tulis motif gunung Api Purba dan cokelat, batik jumputan menggunakan kelereng dan batu, serta batik eco print yang memanfaatkan daun jati, papaya, singkong, dan kenikir.

Desa Wisata Tetebatu

Wisata alam di Desa Wisata Tetebatu menjadi magnet pemikat bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara untuk mengunjungi kawasan yang berada lembah Gunung Rinjani ini.

Dari Desa Wisata Tetebatu wisatawan bisa melihat pemandangan Gunung Sangkareang dan Gunung Rinjani. Selain indahnya hamparan sawah terasering, yang paling menggoda dari desa ini adalah dua air terjunnya, yakni air terjun Sarang Walet atau Bat Cave dan air terjun Kokok Duren.

Baca Juga  Kebijakan Bebas Karantina dan Visa on Arrival Diharapkan Dongkrak Kunjungan Wisman ke Indonesia

Kemudian wisatawan juga bisa mengunjungi Hutan Monyet, di sini pengunjung bisa melihat monyet hitam endemik asli Tetebatu. Bagi yang hobi _tracking_, Desa Wisata Tetebatu juga mempunyai tempat jalan-jalan yang menyehatkan jiwa dan raga yakni di kebun kopi, cokelat, vanili, dan cengkeh milik masyarakat. Bahkan wisatawan pun bisa ikut menanam bibitnya, jika musim tanam sedang berlangsung.

Dengan mengunjungi Tetebatu, pengunjung juga bisa mendapatkan pengalaman berwisata religi dengan melihat peninggalan bersejarah berupa Alquran kuno yang sudah berusia 200 tahun. Alquran yang terbuat dari bahan kayu dan kulit onta ini konon katanya merupakan asli tulisan tangan.

Alquran kuno ini, disimpan di sebuah rumah yang disebut bale kemaliq di Dusun Tete Batu Lingsar, Kecamatan Sikur. Alquran tersebut, kini diwariskan kepada Jinarim alias Sukirman yang mengaku mendapatkan benda bersejarah itu dari kakeknya secara turun-temurun.

Desa Wae Rebo

Desa Wae Rebo ini sering disebut sebagai surga di atas awan, karena letak desa yang berada di atas ketinggian 1.000 mdpl. Tak heran jika pemandangan yang disuguhkan begitu memukau, layaknya lukisan.

Baca Juga  Ini Cara Tlilir Membangun Kemandirian Menjadi Desa Wisata Kampung Mbako

Untuk bisa sampai ke tempat ini memang tidaklah mudah karena letaknya yang di atas gunung. Pengunjung perlu _tracking_ menyusuri jalan setapak, membelah hutan hingga menyusuri sungai sejauh 6 kilometer. Wisatawan harus mempersiapkan kondisi tubuh yang bugar, karena di mulai awal pendakian, langsung disuguhkan dengan tanjakan yang tiada henti. Namun, setibanya di Desa Wae Rebo, rasa lelah itu terbayar.

Hal pertama yang menjadi perhatian wisatawan adalah tujuh rumah adat yang menjadi ikonik dari Desa Wae Rebo, yakni Mbaru Niang, yang berbentuk kerucut. Selain itu, hamparan rumput hijau, yang dikelilingi pegunungan lengkap dengan kabut juga menjadi pesona desa. Sehingga memberikan kesan magis, namun damai, tenang, dan sejahtera.

Berbagai acara adat pun juga selalu dilakukan setiap tahunnya. Seperti upacara persembahan untuk roh yang menghuni tempat Wae Rebo yang dilakukan dua kali dalam setahun, yakni pada Juni dan Oktober 2021. Selain itu, ada upacara pernikahan dan upacara kelahiran.

Dengan eksotisme alam dan budaya Desa Wae Rebo, maka tidak heran jika mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada Agustus 2012. man

Share :

Baca Juga

Pasar Pundensari

Berita

Pundensari, Pasar Wisata Kuliner Bernuansa Tradisi di Kabupaten Madiun

Wisata & Budaya

Desa Wisata Huta Tinggi Samosir Terkenal dengan Makanan Khas Sushi Batak

Wisata & Budaya

Napak Tilas Perjalanan Sang Proklamator di Rumah Kelahiran Bung Hatta Bukittinggi

Wisata & Budaya

Desa Ara Penghasil Phinisi di Bulukumba
Gunung Dempo

Wisata & Budaya

Wisata Puncak Gunung Dempo, Oii Indahnya!

Wisata & Budaya

Bouganville Negara Baru Pecahan dari Papua Nugini

Wisata & Budaya

Ini Cara Tlilir Membangun Kemandirian Menjadi Desa Wisata Kampung Mbako

Wisata & Budaya

Desa Detusoko Barat, Pintu Utama Menuju Taman Nasional Kelimutu