Nama Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, belakangan ini agak sunyi dalam ingar-bingar pencapresan 2024, ditelan riuhnya perseteruan Puan Maharani versus Ganjar Pranowo dalam tubuh partai terbesar di Indonesia, PDI-P.

Hal ini mungkin disebabkan karena RIdwan Kamil masih harus konsentrasi pada beberapa PR di Jabar, rada enggan gambar wajahnya dipasang dalam spanduk dan baliho,selain timingnya yang memang dianggap belum tepat.
Yang pasti, nama Ridwan Kamil dalam kapasitas sebagai arsitek dan walikota Bandung sempat moncer dan menasional. Prestasi inilah yang pada 2018 membuat masyarakat Jabar memilihnya menjadi gubernur Jawa Barat.
Dalam beberapa kesempatan jumpa wartawan yang iseng menanyakan apakah ia (Ridwan Kamil) siap mengggantikan Joko Widodo pada Pilpres 2024, Ridwan hanya tertawa. “Kalau rakyat menghendaki dan partai mengusungnya, kenapa tidak?” katanya.

Meski Ridwan Kamill terkesan slow menghadapi pesta demokrasi pada 2024 itu, hampir semua lembaga survey menempatkan namanya dalam urutan atas.
Pada survey yang dilakukan Indonesia Election & Strategic Research (IndEX) pada bulan September 2021, nama Kang Emil, demikian masyarakat Jabar menyebutnya, bahkan menempati urutan 3 dalam elektabilitas (keterpilihan) dengan raihan angka 13,8% jauh di atas tokoh lainnya seperti Anis Baswedan (7,5%), Sandiaga Uno (6,9%), AHY (6,4%), Khofifah Indar Parawansa (1,7%) dan Puan Maharani (1,5%).

Di atas Kang Emil memang masih ada nama Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, tapi angkanya bersaing ketat. Dalam dua tahun ke depan angka itu mungkin akan berubah, tetapi nama Kang Emil akan tetap menjadi pilihan – mengingat basic-nya sebagai arsitek yang akan menghadapi pekerjaan besar Indonesia ke depan – yaitu memindahkan ibu kota negara ke pulau Kalimantan.* Soe