Senin malam, 03/01/22, dalam perjalanan dari stasiun Manggarai menuju Depok dan Bogor, menggunakan jasa KRL bersama sohib Supriyanto Martosuwito dan Matt Bento ‘Herman Wijaya’, di stasiun Pasar Minggu masuklah seorang wanita tuna netra dan duduk tepat di sebelah saya.
Wanita -sebut saja Bu Inah- berusia sekitar 60 tahun ini diantar masuk gerbong dan duduk oleh petugas Pengawal (perjalanan) Kereta bernama Reza, masih muda usia, saya kira sekitar 30 tahunan.
Bu Inah berpesan pada Reza, “saya turun di stasiun Bojong Gede”
Si petugas mengangguk, lalu undur diri.
Ada 9 stasiun yang harus ditempuh Bu Inah untuk sampai ke stasiun tujuan. Agak lama, karena itu Reza berlalu dan mengontrol gerbong-gerbong lainnya.
Selama pandemi, KAI menerapkan prosedur ketat bagi para pengguna KRL, diantaranya: menjaga jarak duduk antar penumpang, tidak boleh bertelepon dan berbicara selama dalam perjalanan guna menghindari droplet yang beterbangan.
Petugas selalu hilir mudik mengawasi.
Jujur, saya juga pernah ditegur petugas karena -terpaksa- menerima telepon penting dari kawan.
Selama Reza pergi, saya turut ‘menjaga’ Bu Inah dengan berpura-pura tidur. Sebab, siapa tahu petugas Kawal Kereta itu lupa ada penumpang berkebutuhan khusus hendak turun, maka, saya harus bersiap menggantikannya: menuntun Bu Inah turun dari gerbong.
Namun, bila Reza ingat akan pesan Bu Inah ia pasti akan datang lagi. Saya lalu membayangkan ada momen dramatik yang terjadi, karena itu, diam-diam, kamera hp saya siapkan, saya ingin mengabadikan momen menarik yang mungkin saja terjadi.
Itu sebabnya, saat saya pura-pura tidur sambil mengawasi Bu Inah, dari seberang kami duduk Mat ‘Herman Wijaya’ Bento sempat mencuri gambar adegan ‘dramatis, romantis dan memilukan’ tersebut (foto)
Benar saja, selepas stasiun Depok dua sahabat saya sudah turun, munculah Reza, ia mendekati Bu Inah dan mengingatkan agar ia bersiap, sebab setelah Depok adalah stasiun Citayam kemudian disusul Bojong Gede, stasiun tujuan.
Diam-diam kamera sudah merekam, termasuk saat Reza dalam posisi berdiri -siaga- tak jauh dari Bu Inah.
Selepas Citayam, Reza mulai membantu Bu Inah berdiri dan menuntunnya menuju pintu.
Reza memegang erat lengannya. Ia menjaganya dengan tulus dan penuh kesungguhan, seolah-olah ia sedang menuntun ibunya sendiri. Sungguh adegan yang mengharukan.
Dan mendekati stasiun Bojong Gede, sesekali anak muda itu memencet radio komunikasinya, agaknya ia berkoordinasi dengan petugas di stasiun untuk membantu menerima penumpang dengan kebutuhan khusus ini.
Menyaksikan video, saya merasa lega sekaligus bangga pada petugas KAI bernama Reza ini. Saya tidak mengenalnya, tahu namanya juga hanya dari dadanya. Saya pun tak bertegur sapa setelah Bu Inah turun. Saya sengaja membiarkan semua terjadi apa adanya, mengalir saja.
KRL adalah alat transportasi super murah, hanya dengan lima ribu rupiah Anda bisa melakukan perjalanan kemana saja di seputar Jabodetabek selama tidak keluar dari stasiun. Murah dan meriah dengan gerbong bersih, selalu di pel dan ber-AC!
Dengan murahnya tiket, tidak membuat KAI cuek pada para penumpangnya, tindakan Reza dalam video menjelaskan semuanya.
Terima kasih, Reza…
*Gunawan Wibisono