Home / Berita / Wisata & Budaya

Senin, 15 November 2021 - 07:24 WIB

Pundensari, Pasar Wisata Kuliner Bernuansa Tradisi di Kabupaten Madiun

Flas mo ance di Pasar Wisata budara Pundensari

Flas mo ance di Pasar Wisata budara Pundensari

DeFACTO.id – Flash mob yang ditampilkan remaja Desa Gunungsari begitu rancak, membuat tepuk tangan yang berkunjung ke Pasar Wisata Budaya Pundensari. Apalagi diiringi gamelan yang rancak dan dinamis membuat suasana mendung pagi hari, Minggu 14/11 kemarin menjadi hangat.

Begitulah suasana pasar wisata yang diracik Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Gunungsari, Kecamatan/Kabupaten Madiun setiap Minggu pagi.

Pasar budaya? Betul. Karena bukan selayaknya pasar yang hanya sebagai tempat jual beli. Namun juga sekaligus nguri-nguri seni budaya daerah. Setiap hari Minggu, selalu berganti-ganti seni budaya yang ditampilkan.  Dari Dungkrek, Cokekan, sampai permainan tempo doeloe. Seperti lomba teklek.

Pengunjung kuliner Pasar Wisata budaya Pundensari

’’Kami ingin menghidupkan dolanan  anak-anak tempo doeloe di sini,’’ begitu ungkap Bernardi S Dangin, selaku ketua Pokdarwis.

Karena itulah destinasi wisata desa itu mampu bertahan 2 tahun 7 bulan, nyaris menembus tahun ketiga. Tentu dibutuhkan kreator-kreator yang membuat pasar wisata ini bisa bertahan, dengan kunjungan wisatawan lokal yang stabil. Pun juga promosinya yang gencar.

Baca Juga  Ahli Waris Tanah yang Dikuasai Damkar Jakarta Timur, Minta Pemprov DKI Membayar

Nuansa etnik mulai terasa begitu kita memasuki gerbang pasar. Semua bangunan lapak  serba bambu. Termasuk alat tukar yang terbuatdari bambu juga. Semua petugas, termauk penjual menggunakan pakaian lurik atau batik.

Kini bekerjasama dengan Unipma, telah diluncurkan website, sebagai sarana promosi. Termasuk melalui sosial media. Bahkan beberapa media lokal, regional dan nasional pun banyak yang melakukan peliputan.

     Ketua Pokdarwis Gunungan Brnard S Dangin (baju lurik)

Indikator stabilnya jumlah kunjungan dapat  dilihat dari  perputaran uang  secara keseluruhan pedagang setiap hari Minggu mencapai angka di kisaran Rp 10 juta sampai Rp 15 juta. Padahal  hanya dengan 20 pedagang.

Estimasi  hitungannya kalau per orang menghabiskan Rp. 10.000 untuk makan dan minum, maka ada 1000 pengunjung per minggu. Padahal hanya buka mulai jam 06.00 sampai jam 11.00. bilai  belanja Rp 10.000 per orang dilihat dari menu dan harga makanan yang rata-rata Rp.5.000. bahkan martabak mini seharga Rp 2.000 dapat tiga biji.

Baca Juga  Tangis Bahagia Robert Lewandowski

Perputaran uang  itu bisa diketahui secara pasti. Karena pihak pengelola menggunakan sistem pembayaran  terbuat dari iratan bambu. Istilahnya uang bambu.

Uang  bambu itu selain unik, juga dikandung maksud penggambaran  alat tukar tempo doeloe, tapi juga untuk membius  kaum ibu tak sayang membelanjakan uangnya di pasar yang khusus menjual kuliner itu.

Ragam kulner tempo doeloe

‘’Kaum ibu kalau belanja menggunakan uang rupiah, kan mesti menghitung-hitung dulu isi dompetnya. Tapi kalau pakai alat penukar dari  bambu kan tidak berasa, dan uang yang ditukar itu pasti dihabiskan,’’ kata Bernardi.

Tiga Pohon Langka

Nama Pundensari digunakan lantaran pasar itu berada di areal punden desa. Kalau di desa lain, yang  dinamakan punden biasanya makam yang dikeramatkan. Di desa ini jutsru berupa 3 pohon yang bisa dikatakan mulai langka. Yakni pohon Jenu, Kemiri dan Tanjung.

Baca Juga  Kuasa Hukum Mardani Maming: KPK Tetapkan Tersangka Dulu, Baru Cari Bukti

Mau berkunjung? Lokasi Pasar Pundensari hanya berjarak sekitar 6 km dari Kota Madiun. Melalui jalan provinsi jurusan Surabaya.  

Pengunjung  dapat  menikmati kuliner tradisional yang dijajakan di Pasar  Pundensari. Ada  Sego Brokohan yang tidak setiap hari bisa kita dapati. Brokohan merupakan upacara tradisi Jawa saat kelahiran bayi.

Uang bambu untuk bertransaksi di Pundensari

Termasuk jajanan tradisional seperti klepon, pak gapit, gempol dan sebagainya. Pun juga minuman seperti Wedang Uwuh, Wedang Jahe, sampai Dawet lengkap ada di situ.

Istimewanya, di pasar ini menabukan pemakaian plastik sekali pakai. Jadi semua makanan menggunakan kemasan daun pisang atau daun Jati. Demikian pula  minumannya, menggunakan paper cup dengan standar food grade. Selain juga  juga mnggunakan gelas.* Santoso

Share :

Baca Juga

Berita

Khansa akan Kibarkan Merah Putih di Gunung Elbrus Rusia

Berita

Relawan Puan Maharani Bergerak

Berita

Sherry Lansing Leadership Award untuk Jennifer Aniston

Berita

215 Film Pendek Terdaftar dalam “Festival Sunday Movie

Berita

Jurnalis Senior Dimas Supriyanto Pertanyakan UKW yang Dijalani Wakil Ketua Dewan Pers

Wisata & Budaya

Penerapan Bebas Karantina Akan Diperluas ke Seluruh Wilayah Indonesia
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Metastase Budidaya KKN

Berita

BPTJ Uji Coba BISKITA Trans Depok untuk Unsur Pemerintahan