Home / Energi

Jumat, 8 September 2023 - 11:38 WIB

Prabowo Diganjar Sejarah

PRABOWO DIGANJAR SEJARAH. Dalam survei, elektabilitas Prabowo dan Ganjar Pranowo saling menyalip. Menurut survei, mereka berdua adalah kandidat Capres yang kuat, sementara Anies mengekor di buntut. Komunikasi Prabowo juga membaik. Kesediaannya menjadi menteri dan melekatkan dirinya dengan foto Presiden Jokowi serta Gribran, menampilkan sosoknya sebagai negarawan.

Sayangnya, Prabowo telah diganjar sejarah Orde Baru–sebuah era yang membuat jutaan orang diremehkan lebih rendah dari muka tanah. Sebuah orde yang selama puluhan tahun sukses memaksa keturunan PKI dan keluarga “gangster” berikut kelompoknya menutup diri dalam diam. Karena ketakutan diwujudkan secara nyata: orang disembelih dan dipistol penembak misterius (petrus).

Baca Juga  Luhut Panjaitan akan Buka Forum "Energy Talk" Asia Pasifik di Indonesia

Tahun 1983, saya diajak teman, keponakan jenderal polisi dan ketua ormas, berkumpul di Bendungan Hilir Jakarta dengan sejumlah tokoh preman, antara lain Edy Menpor, Agus TGW (Prems/Jakarta), Gianto ( Massa 33/Jawa Timur) dan sejumlah nama beken di dunia hitam. Kurang dari sebulan kemudian, mereka yang berkumpul di Bendungan Hilir itu tewas oleh Petrus.

Baca Juga  "Energi Talk" Jadi Upaya Tingkatkan Pemahanan Transisi Energi

Kebengisan Petrus, bisa kita dengar dari Mas Bathi Mulyono, Ketua Fajar Menyingsing (Semarang/Jawa Tengah), yang berhasil lolos dan hidup di persembunyian sampai di Gunung Lawu. Usia Mas Bathi sekarang 76 tahun. Sepuh, tapi masih terus berjuang ke Komnas HAM, menyurati Presiden, jenderal dan menterinya. Saya hormat dan takjub pada nyali dan ketegaran Mas Bathi.

Prabowo bukan Petrus dan tidak terlibat Petrus. Tapi, menjelang akhir Orba, Tim Mawar dibentuk untuk menangkapi–bahkan disebut menculik–sejumlah aktivis. Itu membuatnya diganjar sejarah, dianggap mata rantai kekerasan yang pernah dilakukan Orba.

Baca Juga  Energi Nuklir Berpotensi Besar Dikembangkan di Tanah Air

Prabowo sudah mengoreksi kekeliruannya. Aktivis yang dibebaskan, diterima menjadi anggota partainya. Bahkan menurut Budiman Sudjatmiko yang kini bergabung mendukungnya, Prabowo sudah minta maaf secara personal. Bagus, dan layak diapresiasi serta patut dipujikan. Tapi, ganjaran sejarah seringkali membuat permintaan maaf personal sekadar debu. Apalagi mengingat Bung Karno, pada 17 Agustus 1966, menyerukan semboyan “JASMERAH”, akronim dari “jangan sekali-kali melupakan sejarah.”**

Harry Tjahjono
8/9/2023

Share :

Baca Juga

Berita

Luhut Panjaitan akan Buka Forum “Energy Talk” Asia Pasifik di Indonesia

Energi

Energi Nuklir Berpotensi Besar Dikembangkan di Tanah Air

Berita

“Energi Talk” Jadi Upaya Tingkatkan Pemahanan Transisi Energi