DeFACTO.id – Berkat usaha Swiss dan PBB, Tiga patung kuno Palmyra berhasil dipulangkan ke negara asalnya. Petugas gabungan Swiss berhasil menemukan tiga patung kuno tersebut di Geneva, yakni bersama barang-barang curian lainnya. Beberapa waktu kemudian, setelah sepenuhnya diidentifikasi, diketahui bahwa tiga patung tersebut berasal dari Kota Kuno Palmyra atau yang kini dikenal sebagai Syria.
Setelah berada di tangan pemerintah Swiss, ketiga patung tersebut dipamerkan di Musée d’art et d’histoire, Geneva, sejak tahun 2017 lalu. Ketiga patung tersebut sengaja dipamerkan untuk meningkatkan kesadaraan masyarakat, akan statusnya sebagai barang curian. Kemudian pada tahun 2020, dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh PBB, pemerintah Syria meminta secara formal agar ketiga patung Palmyra dikembalikan. Setelah melalui beberapa proses panjang, akhirnya proses pemulangan tersebut membuahkan hasil. Seminggu yang lalu, ketiga patung tersebut berhasil kembali ke negara asalnya.
Ketiga patung tersebut, diperkirakan dicuri pada tahun 2009-2010, sebelum perang sipil di Syria terjadi.
Menurut dugaan para ahli, ketiga patung yang dicuri tersebut, berasal dari abad ke-2 atau 3 sebelum masehi, kemungkinan besar merupakan peninggalan kekuasaan Ratu Zenobia. Pada saat itu, Palmyra merupakan kota perdagangan yang penting.
Selain itu, pencurian barang-barang bersejarah, merupakan pola yang umum terjadi, yakni ketika ISIS mengambil alih daerah-daerah besar di Syria. Kelompok teroris tersebut, seringkali menjual peninggalan lampau yang penting ke pasar gelap untuk mendanai operasi mereka. Kelompok ekstrimis tersebut cenderung lebih menargetkan artefak yang berasal dari masa sebelum Islam, yakni untuk melancarkan aksi genosida budaya. Aksi-aksi seperti itu cukup sering terjadi di negara Timur Tengah, seperti yang dahulu pernah dilakukan oleh Taliban.* Icad N.G.