Gerakan Melawan Stunting HaloPuan pada Minggu (12/12/2021) melakukan kegiatan di Gang Manunggal di Kampung Sayuran, Kelurahan Cijerah, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung.
Lokasi berada sebuah lapangan, yang terletak di tengah-tengah pemukiman padat penduduk, yang hanya bisa dituju dengan berjalan kaki selama kurang lebih tiga menit dari jalan raya.
Kegiatan itu juga dihadiri oleh Nico Siahaan, anggota DPR RI dari Dapil Kota Bandung dan Kota Cimahi, serta Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bandung, Ahmad Nugraha, dan Anggota DPRD Jawa Barat Rafael Situmorang. Dari pemerintahan kota, hadir Sekretaris Camat Bandung Kulon, Latief, dan Lurah Cijerah, Kartila Muna Elza.
Gerakan Melawan Stunting HaloPuan memasuki Kota Bandung di tengah kabar akibat pandemi Covid-19, angka kejadian stunting di Kota Kembang naik dari 6,53 persen pada 2019 menjadi 8,93 persen pada 2021. angka riilnya adalah 9.567 balita dari 107.189 balita yang disurvei oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung.
Koordinator Relawan HaloPuan, Poppy Astari kedatang relawan HaloPuan ke tempat tersebut — setelah beberapa tempat lainnya di Jawa Barat — setelah
melihat angka stunting cukup tinggi di daerah industri dan padat penduduk.
“Ini karena ibu dan bapak yang bekerja cenderung kurang memperhatikan asupan gizi yang seimbang bagi anak-anak mereka,” kata Poppy.
Gerakan HaloPuan yang diinisiasi oleh Ketua DPR RI Puan Maharani, fokus kepada upaya melawan stunting karena dalam jangka panjang stunting bisa berdampak pada perkembangan kecerdasan dan peforma kerja anak saat dewasa.
Selain Gerakan Melawan Stunting, HaloPuan juga bergerak untuk membangkitkan kembali kesenian tradisional di kota-kota dalam Gerakan Kota Berbudaya dan meningkatkan kesadaran kita bersama kepada kesetiakawanan sosial dalam Gerakan Wira-Wira Sosial.
Anggota DPR RI Nico Siahaan menjelaskan, semua warga yang datang ke acara ini adalah ibu-ibu hamil dan ibu-ibu menyusui. “Anak-anak ibu-ibu 24 tahun lagi akan menjadi bagian dari penduduk Indonesia berusia produktif,” katanya. “Nah, bonus demografi pada 2045 yang akan Indonesia peroleh itu tidak akan bermanfaat jika sekarang anak-anak kita mengalami stunting.”
Ahmad Nugraha gaya khas sundanya yang kadang kocak menjelaskan mengapa ibu-ibu harus memperhatikan asupan bagi anak-anak dengan lebih mengutamakan makanan produksi rumahan.
“Nah, ini luar biasa karena HaloPuan memperkenalkan bubuk daun kelor untuk ibu-ibu olah,” katanya.
Ahmad Nugraha kemudian menantang ibu-ibu yang hadir untuk menjelaskan apa itu stunting dan bagaimana upaya mereka dalam memberi asupan bagi anak-anak.
Di luar dugaan hadirin, berdiri seorang ibu muda bernama Fitria. Dia mengatakan bahwa hari-hari ini tengah giat membuat makanan pendamping ASI sendiri bagi anaknya.
“Karena itu saya berterima kasih kepada HaloPuan dan Ibu Puan yang telah memberi informasi soal bubuk daun kelor ini,” katanya dengan suara lantang.
Staf pada UPT Puskesmas Cijerah, Sinta Santika, yang menyampaikan penyuluhan mengenai bahaya stunting mengatakan stunting tidaklah berkaitan dengan kemiskinan melainkan pola asuh dan perilaku kita sebagai orang tua dalam memberi asupan kepada anak-anak. Dia juga membenarkan pernyataan Nico Siahaan bahwa bubuk daun kelor mampu menyeimbangkan asupan gizi.
“Ini karena daun kelor mengandung 7x vitamin C pada jeruk, 4x vitamin A pada wortel, 2x protein pada yoghurt, 4x kalsium pada susu, dan 3x potasium pada pisang,” paparnya.
Gerakan Melawan Stunting di Cijerah dihadiri oleh 170 warga. DPC PDI Perjuangan Kota Bandung telah mendata para peserta sebelum acara berlangsung, sehingga mereka yang hadir sesuai dengan sasaran gerakan, yakni ibu hamil, ibu dengan balita di bawah usia 2 tahun, dan perempuan pranikah.
Kegiatan ini kemudian diakhiri dengan pembagian paket makanan tambahan, termasuk 450 gram bubuk daun kelor, dari Puan Maharani.
“Terima kasih Bu Puan,” kata Fitria. “Saya akan menggunakan bubuk kelor ini untuk membuat berbagai menu asupan bagi anak saya.” (*)