Home / Berita

Jumat, 20 Januari 2023 - 14:06 WIB

Nano Riantiarno, Tokoh yang Menghidupkan Dunia Teater Indonesia Itu Telah Pergi

Defacto – Dunia teater Indonesia berduka. Nano Riantiarno, pendiri Teater KomaNano Riantiarno, telah pergi untuk selamanya. Sutradara teater dan film itu menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 73 tahun di kediaman pribadinya kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, tadi pagi.

Sejak 27 Desember 2022, Nano sempat dirawat di RS Kanker Dharmais, kawasan Jakarta Barat. Setelah sempat dioperasi tumor bagian paha, diketahui ada cairan yang menyebar di bagian paru-paru. Hampir 3 pekan dirawat, pihak keluarga akhirnya memutuskan untuk menjalani rawat jalan sejak awal pekan ini.

Putra sulung Nano dan Rangga Riantiarno, Rangga Bhuana menuturkan di akhir hayatnya, ayahnya masih berkarya dan menggarap sebuah naskah teater. Skenario pertunjukan itu dikirimkan ke Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun lalu dan berhasil memenangkan Sayembara Naskah Teater DKJ 2022.

Kepergian Nano tentu saja menjadi kehilangan besar bagi dunia teater Indonesia. N. Riantiarno adalah orang yang mampu mempertahankan pamor teater sehingga masih diminati oleh penonton, di tengah kemalasan masyarakat untuk menyaksikan pertunjukkan panggung non musik.

Baca Juga  Pasangan Prabowo - Puan Maharani Terkuat versi Survey

Boleh dibilang, hanya pertunjukkan teater Koma yang masih bisa mendatangkan penonton dalam jumlah lumayan. Pementasan-pementasan Teater Koma selalu menarik perhatian penonton. Muatan satire dan kritik sosial di dalam setiap pementasannya, ditunggu oleh penonton.

Namun pilihan konsep itu tidak selalu mulus sampai di depan mata penonton. Teater Koma sering menghadapi hadangan dari pihak berwajib, terutama di masa Orde Baru. Pementasan Opera Kecoa dilarang pentas oleh pihak berwajib. 

Baru satu setengah bulan sebelum Opera Kecoa dilarang, Teater Koma mementaskan Suksesi.  Pengurusan izin pentas bertele-tele dan lambat sekali. Bolak-balik Nano mesti menemui pejabat intelijen, polisi, dan tentara, meyakinkan mereka bahwa tak ada yang “berbahaya” dari Suksesi. “Bagian mana kira-kira yang dianggap berbahaya?” Nano bertanya kepada mereka. Tak ada yang menunjuk dengan tegas. “Ya, semuanya,” kata seorang kolonel.

Baca Juga  Polisi Siagakan Ratusan Personel Amankan Kampanye Pilkada DKI Jakarta Hari Ini

Izin prinsip datang juga dari markas polisi. Tapi setiap malam berpentas, Nano mesti “apel” ke kantor mereka. Suksesi sempat dipentaskan selama 10 hari di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Semua kursi penonton penuh terisi. Pada malam pentas ke-11, datang seorang kolonel polisi. Dia memberikan surat penghentian pentas Suksesi. Mestinya masih ada empat malam lagi pentas Suksesi. Menurut versi polisi, pentas Suksesi, ”Tidak sesuai pakem. Tidak mendidik. Vulgar…. Bisa menimbulkan kemungkinan keresahan masyarakat.”

Pementasan Sampek Engtay di Medan juga dilarang oleh Kanwil P&K dan Polda Sumut. Izin pertunjukan itu dilarang, karena dianggap menonjolkan unsur Cina. Sampek Engtay dipentaskan kembali pada 5 dan 6 Maret 2022 di Ciputra Artpreneur, setelah tertunda selama 2 tahun akibat Covid-19.

Baca Juga  INSTAGRACE: Langkah Sri Mulyani Menapak Maju Capres 2024

Didirikan di Jakarta, 1 Maret 1977. Hingga 2015, sudah memproduksi 140 pementasan, baik di televisi maupun di panggung. Kiprah kreatifitasnya biasa digelar di Pusat Kesenian Jakarta – Taman Ismail Marzuki dan Gedung Kesenian Jakarta.

Nano Riantiarno sang pendiri Teater Koma yang lahir di Cirebon pada 6 Juni 1949 itu pernah mengenyam pendidikan di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) Jakarta dan bergabung dengan Teguh Karya serta Teater Populer. Ia menikah dengan Ratna Madjid, anggota Teater Kecil pimpinan almarhum Arifin C. Noer.

Sejak dekade 70-an, ia berkeliling Indonesia dan mancanegara untuk belajar mengenai teater.
Dia pernah berkunjung ke negara Skandinavia, Inggris, Perancis, Belanda, Italia, Afrika Utara, Turki, Yunani, Spanyol, Jerman, dan Cina. Nano juga dikenal sebagai pendiri Majalah Zaman pada 1979 dan menjadi pemimpin redaksi Majalah Matra mulai 1986. (MB)

Share :

Baca Juga

Berita

Usai Diperiksa Intensif, Anak Nia Daniaty Akhirnya Ditahan Polda Metro
Tik Tok

Berita

Mengalahkan Google, Kini TikTok Menjadi Situs yang Paling Populer

Berita

Polri Lakukan Asistensi ke Polda Jateng

Berita

Rekam Jejak Syekh Banjar dalam Film “Syek Muhammad Arsyad Al Banjari”

Berita

Panda Nababan: PWI Harus Kembali Disegani

Berita

Geshin Impact Sediakan Tempat Istirahat Gratis Bagi Traveler

Berita

Panji Gumilang Siapkan Lahan di Al Zaytun untuk Shooting Film
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu V