Defacto – Kota Medan, Sumatera Utara, memiliki beberapa cagar budaya yang dilestarikan sampai saat ini. Selain Istana Maimoon, ada pula Tjong A Fie Mansion, rumah antik peninggalan Saudagar Medan Abad ke-19, Tjong A Fie, di Jalan Ahmad Yani di Kesawan, Medan.
Tjong A Fie Mansion adalah rumah berlantai dua yang besar, dan dilestarikan, sehingga ini dapat menjadi daya tarik wisata.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Wakabaparekraf) Angela Tanoesoedibjo Kamis (26/1/2023), mengunjungi bangunan cagar budaya tersebut.
“Saya senang bisa berkunjung ke Tjong A Fie Mansion yang sarat akan sejarah perjuangan tokoh dalam memperjuangkan perekonomian masyarakat di Medan. _Storynomics_ yang disuguhkan juga begitu kuat,” kata Wamenparekraf Angela.
“Tjong A Fie Mansion” dulunya merupakan tempat tinggal tokoh masyarakat bernama Tjong A Fie, saudagar yang hidup pada 1860–1921. Rumah ini selesai dibangun tahun 1900 dan dirancang dengan gaya arsitektur Tionghoa, Eropa, Melayu dan art-decodan menjadi objek wisata bersejarah di Medan.
Namun, sejak tahun 2009 sebagian rumah ini dibuka untuk dikunjungi umum.
Rumah ini sudah masuk ke dalam salah satu cagar budaya yang dilindungi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Oleh karena itu, banyak sumber informasi sejarah dan budaya kependudukan masyarakat Tiongkok di Medan, Sumatera Utara
Di rumah ini, pengunjung bisa mengetahui sejarah kehidupan Tjong A Fie lewat foto-foto, lukisan serta perabotan rumah yang digunakan oleh keluarganya serta mempelajari budaya Melayu-Tionghoa.
Tjong A Fie adalah pedagang Hakka yang memiliki banyak tanah perkebunan di Medan. Ia berkerabat dengan Cheong Fatt Tze yang membangun Cheong Fatt Tze Mansion di Penang, Malaysia.
Sekilas ada kemiripan antara Rumah Tjong A Fie dan Cheong Fatt Tze Mansion.
Tjong A Fie diketahui merantau ke Medan di usia 18 tahun. Awalnya ia bekerja serabutan, namun berkat kerja keras, semangat juang dan kebaikan hati yang dilakukannya, kehidupan Tjong A Fie perlahan membaik. Hingga ia mampu membeli sebuah perkebunan, ia turut menyumbang sepertiga biaya pembangunan Masjid Raya Medan, mendirikan kelenteng, jembatan, dan lain-lain. Kota Medan tumbuh seiring dengan kiprah Tjong A Fie.
Wamenparekraf Angela ditemani Cucu Tjong A Fie, Ibu Mimi berkeliling bangunan yang memiliki gaya arsitektur Tiongkok, Melayu, Eropa, dan art-deco. Penataan rumah dua lantai ini mengikuti prinsip feng-shui. Terlihat dari ruang-ruang yang berada di empat sisi bangunan dan mengelilingi halaman terbuka cukup besar di tengahnya, yang menandakan ‘sumur surga’.
Tjong A Fie Mansion juga sering kali disebut sebagai _a historical jewel in Medan_ . Karenanya nilai-nilai yang terkandung di dalam bangunan bersejarah tersebut diharapkan tidak pudar dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Utamanya dapat mendukung capaian 3,5 juta – 7,4 juta kunjungan wisatawan mancanegara dan 1,2 miliar – 1,4 miliar pergerakan wisatawan nusantara di tahun 2023.
“Saya harap masyarakat setempat memiliki rasa gotong royong untuk melestarikan budaya dan mempelajari sejarah di Kota Medan melalui Tjong A Fie Mansion. Mari kita sama-sama menjaga cagar budaya ini agar bisa terus dinikmati anak cucu hingga bertahun-tahun ke depan dan mampu menarik kunjungan wisatawan,” kata Wamenparekraf. (*/hw)