Home / Tokoh

Senin, 10 Januari 2022 - 14:22 WIB

Kami Mengacu Kepada Para Wali, Bukan ke Arab Saudi

Defacto – Setiap tahun, bukan pemandangan aneh jika perayaan Natal umat Kristen di gereja-gereja dijaga oleh anggota Banser (Barisan Ansor Serbaguna). Banser adalah organisasi massa di bawah Nahdatul Ulama.

Partisipasi Banser dalam perayaan Natal umat Kristiani, merupakan implementasi toleransi dan pemahaman atas keragaman umat manusia, khususnya di Indonesia, yang telah dijalani oleh NU sejak dahulu.

“Acuan NU adalah para wali yang ada di Indonesia, bukan ke Arab Saudi. Kita memiliki budaya yang lebih besar, lebih luhur,” kata Uki Marzuki atau biasa dipanggil Kang UKI, Ketua Yayasan Amal Al Biruni Cirebon, yang memiliki SMK dan perguruan tinggi dakwah di Cirebon, saat berbincang-bincang dengan defacto.id di sebuah tempat di Semarang, beberapa waktu lalu.

Baca Juga  PLT Kepala BPSDMP : Ada Tigas Aspek yang Dibutuhkan SDM menuju Transportasi Berkelanjutan

Menurut Kang Uki, sebagai nahdliyin (warga NU), dirinya dan semua warga NU lainnya sejak kecil kita sudah diajari tentang menghargai sesama kita  Nusantara.

Uki memaparkan, Wali Songo sudah mengajarkan ajaran toleransi yang luar biasa. Satu contoh di Cirebon. Sunan Gunung Jati pada masanya menikah dengan Ratu Ong Tien yang berasal dari dari Tiongkok.

Baca Juga  Indonesia Berada di Ranking 102 Indeks Persepsi korupsi

Kemudian di Cirebon itu ada satu Kecamatan nambahnya Kecamatan Jamblang yang terkenal dengan kuliner nasi jamblangnya,  ada satu rumah ibadah orang Konghucu (Klenteng) yang salah satu saka (tiang) klenteng itu  diambil dari salah satu masjid Sang Cipta Rasa,  masjid yang ada di depan kraton Cirebon.

“Kanjeng Sunan Gunung Jati sudah mengajarkan toleransi sangat luar biasa, sehingga saka tempat ibadah klenteng itu diambilkan dari saka masjid sang Cipta Rasa.

“Lalu kenapa soto Kudus itu tidak memakai daging sapi, tapi daging kerbau, karena Sunan Kudus meminta agar masyarakat tidak memotong sapi, karena di situ banyak orang Hindu. Sapi adalah hewan yang dianggap suci oleh orang Hindu.

Baca Juga  DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu (I)

NU sangat menghargai budaya dan keragaman yang ada di Nusantara ini.
“Kita punya budaya yang saling menghargai toleransi, dengan konsep-konsep di mana kita berada sehingga bisa menerima semua perbedaan yang ada.  Bhinneka Tunggal Ika.  Kita bukan saudara seagama,  seiman, tetapi kita saudara sebangsa dan setanah air,” katanya.

(MB)

Share :

Baca Juga

Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu V
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Detak Detik Sumbu Bom Waktu (IV):
Laksamana Sukardi

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Mei 1998 Game Over (VI)
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Sumber Permainan Api
Laksamana

Berita

DI BALIK REFORMASI 1998: Indikator Kematian

Tokoh

Sampai Hari Ini Masih Banyak Warga yang Datang ke Rumahnya Minta Bantuan

Berita

Wawancara Laksamana Sukardi: Belenggu Nalar a State Crime

Foto & Video

INSTAGRACE: Sophia..oh..Sophia, Usia Hanyalah Angka