Defacto – Jika tidak ada halangan, pada tahun 2024 mendatang ibukota Indonesia akan pindah ke sebuah kota baru yang bernama Nusantara. Kota ini terletak di Kalimantan Timur, yang memakan Sebagian wilayah Panajam Paser Utara dan Kubapaten Kutai Kartanegara.

Ibu Kota Negara (IKN) baru memiliki Luas 256.142 Ha (bandingan dengan luas Jakata yang hanya mencapai 66.233 hektar), dibangun dengan biaya Rp 466,98 triliun. Untuk pembangunan proyek ini, porsi pembiayaan dari APBN hanya akan sekitar 19% dan sisanya sekitar 81% akan dilakukan bersama investor swasta.
ILN Nusantara dibangub sebagai sebuah smart city, kota memadukan tekonologi informasi dan komunikasi, dengan kebutuhan sehari-hari. Penggunaan teknologi ini akan menghemat penggunaan tenaga manusia yang sangat besar.
Fasilitas yang dibangun di ibu kota baru adalah bangunan dan Perumahan berprinsip hijau, memanfaatkan energi terbarukan, transportasi publik, saluran air bersih, pembuangan sampah dan limbah, tenaga listrik, universitas berstandar internasional, rumah sakit berskala internasional dan fasilitas olahraga.
Intinya apa yang diidamkan oleh masyarakat modern untuk sebuah kota yang ideal ada di sini. Kita tidak akan melihat lagi kesemrawutan seperti yang kita saksikan sehari-hari di kota-kota besar di Indonesia saat ini, di Kota Nusantara, nanti.
Media-media internasional menyoroti langkah pemerintahan Presiden Joko Widodo menjadikan Nusantara sebagai nama ibu kota baru Indonesia di Kalimantan Timur menggantikan Jakarta.
The Guardian, menyoroti pemindahan ibu kota Indonesia disepakati karena DKI Jakarta “akan tenggelam”.
Koran asal AS, The Washington Post; media AS, Bloomberg; kantor berita Arab Saudi, Al Arabiya; lembaga penyiaran Jerman, Deutsche Welle (DW); media asal Jepang, Nikkei Asia; hingga koran asal Singapura, The Straits Times turut memberitakan hal serupa.
Keberadaan Ibukota Negara (IKN) Nusantara pada gilirannya akan mengurangi beban Kota Jakarta yang sangat signifikan. Pengurangan jumlah ASN, Polri dan TNI, anggota legislative, pejabat-pejabat eksekutif dan yudikatif yang tinggal atau menjadi masyarakat commuter, akan membuat Jakarta terhindar dari kemacetan sehari-hari, termasuk beban-beban lain yang sebenarnya sudah tidak bisa ditanggung oleh sebuah kota.
Jika Jakarta yang permukaan tanahnya terus menurun dan terancam “tenggelam” karena perubahan iklim, maka ibukota baru dipastikan aman dari ancaman rob atau banjir. Selain itu lokasi ibukota baru jauh dari gunung Merapi, sehingga terhindar dari ancaman letusan gunung. Kalau pun ada, hanya gunung-gunung purba yang sudah tidak aktif lagi.
Apakah setelah itu Jakarta akan jadi kota mati? Tentu tidak.
Dengan segala fasilitas dan infrastruktur yang dimilikinya, Jakarta akan tetap hidup sebagai sebuah kota. Jakarta memiliki Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan terbesar di Indonesia tempat lalu lintas barang dari dan keluar Indonesia. Jakarta punya Bandara Internasional dan terbesar di Indonesia yang tetap akan menjadi pusat lalulintas barang dan manusia.
Jakarta tidak akan tergantikan sebagai sebuah pusat bisnis di Indonesia, jika pemerintah kota maupun masyarakatnya berpikir jauh ke depan. Dengan beban yang jauh berkurang, bukan tidak mungkin Jakarta akan menjadi sebuah kota ideal yang nyaman bagi masyarakatnya maupun para pebisnis.
Adapun dengan IKN Nusantara, dalam perjalannya kota ini bukan hanya menjadi pusat pemerintahan, tetapi kota ini juga membuka peluang ekonomi bagi para pebisnis. Jumlah hampir 500.000 orang ASP, TNI dan Polri serta kalangan pejabat eksekutif, legislatif dan yudikatif, adalah sebuah pasar yang besar.
Hanya orang kurang waras sajalah yang mengatakan konsumen di ibukota baru cuma kuntilanak dan genderuwo. Para pegawai dan pejabat yang pindah ke IKN Nusantara sudah barang tentu butuh pasokan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan mereka.
IKN Nusantara akan menjadu seperti gula yang manis.Semut-semut akan berdatangan dari berbagai penjuru untuk ikut menikmati manisnya gula itu. Para pebisnis – baik barang maupun jasa – tentu tidak bisa menetap di IKN Nusantara. Jika ingin mendekat konsumennya, maka mereka juga akan tinggal di wilayah-wilayah sekitar ibukota baru. Maka wilayah-wilayah sekitarnya pun akan berkembang menjadi kota-kota satelit.
Hadirnya IKN Nusantara di Pulau Kalimantan juga akan merubah stigma Kalimantan dari sebuah Pulau tertinggal yang hanya diekploitasi kekayaannya menjadi pulau yang membanggakan. Ke depan Kalimantan tidak lagi menjadi pulau tertinggal, tetapi pembangunannya akan mendapat perhatian serius dari pemimpin negara atau pejabat-pejabat tinggi yang ada di IKN Nusantara.
Dengan infrastruktur dan system keamanan yang ada, IKN Nusantara juga terhindar dari kegiatan-kegiatan politik kontraproduktif yang mengganggu kerja pemerintahan.
Jika saat ini kawasan sekitar IKN Nusantara masih sangat tertinggal, kelak akan tumbuh kota-kota modern yang nyaman. Persoalannya bukan pada kondisi saat ini, tetapi bagaimana manusia-manusia yang menempatinya melakukan ikhtiar untuk membangun demi kebaikan ke depan.
Ingat, sebelum bangsa-bangsa Eropa datang ke Benua Amerika dan Australia, kedua benua itu masih sangat perawan. Tetapi saat ini Amerika adalah negara paling modern di dunia.
Setidaknya IKN Nusantara telah menjadi role model bagaimana membangun sebuah kota yang ideal bagi bangsa Indonesia ke depan.
Herman Wijaya