Home / Wisata & Budaya

Selasa, 9 November 2021 - 21:27 WIB

Desa Wisata Huta Tinggi Samosir Terkenal dengan Makanan Khas Sushi Batak

deFACTO – Desa Wisata Huta Tinggi, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, masuk dalam 50 besar desa wisata terbaik di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.

Kerbau menjadi ikon dari Desa Wisata Huta Tinggi sejak dahulu dan masih dilestarikan hingga sekarang oleh masyarakat setempat. Namun sayangnya, Desa Wisata Huta Tinggi sendiri belum memiliki inventaris desa berupa kerbau. Karena selama ini, pengelola desa selalu menggunakan jasa kerbau milik warga desa.

Menparekraf Sandiaga Uno saat memberikan kerbau untuk Desa Wisata Huta Tinggi Samosir (Foto-foto: Biro Komlik Kemenparekraf)

Biasanya kerbau betina dimanfaatkan untuk paket wisata edukasi yaitu memerah susu kerbau. Susu tersebut lalu diolah menjadi Dali ni Horbo atau Batak Cheese. Sementara kerbau jantan difungsikan sebagai alat transportasi tradisional yang bisa digunakan oleh wisatawan dengan menungganginya. Aktivitas ini rupanya sangat diminati oleh wisatawan mancanegara, khususnya wisman Jepang.

Seperti diketahui, Desa Wisata Huta Tinggi yang berada di kawasan Danau Toba ini termasuk ke dalam Geosite UNESCO Global Geopark dan menyimpan beragam potensi pariwisata dan ekonomi kreatif. Sehingga tidak heran jika desa ini meraih predikat 50 desa wisata terbaik dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.

Baca Juga  Menparekraf Buka Pendaftaran Seleksi Masuk Poltekpar 2024 Secara Resmi

ADWI sendiri adalah salah satu program utama yang dijalankan oleh Kemenparekraf/Baparekraf. Melalui program ini diharapkan mampu mewujudkan visi Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, dan mampu mendongkrak pembangunan daerah.

Untuk menuju Desa Wisata Huta Tinggi dapat ditempuh dengan menggunakan kapal feri dari Pelabuhan Ajibata ke Ambarita selama kurang lebih 40 menit. Dan dilanjutkan dengan jalur darat kurang lebih satu jam.

Setibanya di desa dengan luas 1.200 hektare, wisatawan akan disuguhkan pemandangan hamparan perbukitan hijau serta panorama Danau Toba yang sangat cantik, kerbau pun berlalu-lalang di kawasan desa, sehingga suasana pedesaan yang asri nan sejuk dapat dirasakan di dalamnya. Desa ini juga berhadapan langsung dengan Gunung Pusuk Buhit yang masih dianggap sakral oleh Suku Batak hingga sekarang.

Baca Juga  Menengok Kios Buku Bekas Milik Seniman Jose Rizal Manua di TIM

Salah satu keunikan dari Desa Wisata Huta Tinggi terletak pada _homestay_ yang menggunakan rumah adat khas batak. Ternyata peminat wisatawan mancanegara khususnya dari Eropa jumlanya tergolong banyak. Dulunya rumah-rumah ini sempat ditinggalkan, lalu dimanfaatkan oleh pengelola desa untuk dijadikan _homestay_.

Rumah adat khas Batak biasa disebut dengan rumah bolon. Terbuat dari kayu dengan corak ukiran di dinding bagian depan. Kusen pintu dibuat rendah, karena dalam budaya Batak, desain pintu ini menunjukkan rasa hormat kepada pemilik rumah, sebelum tamu masuk ke dalam. Jumlah anak tangga yang ada di depan rumah juga menjadi tanda kedudukan atau kasta dari pemilik rumah. Apabila jumlah anak tangga ganjil, artinya pemilik rumah adalah orang terpandang di suku Batak.

Baca Juga  LaNyalla Minta Ditjen Pajak Tak 'Main Todong'

Desa Wisata Huta Tinggi juga kaya akan seni dan budaya. Seperti tari Tor Tor Somba, tarian ucapan syukur menyembah kepada Tuhan biasanya dilakukan diacara-acara formal, termasuk untuk penyambutan. Ditarikan oleh wanita diiringi oleh musik tradisional gondang.

Lalu Mossak, silat tradisional dari Batak yang menggambarkan persahabatan dan kekuatan. Mossak juga diiringi alat musik tradisional gondang. Menparekraf Sandiaga pun disambut dengan ragam tari tersebut.

Selain Dali Ni Horbo yang menjadi kuliner khas, adapula Dekke Naniura, makanan berbahan dasar ikan yang diolah tanpa menggunakan api. Dekke Naniura ini lebih dikenal dengan sebutan Batak Sushi. Kemudian roti ketawa, cemilan khas Medan yang bentuknya mirip senyum karena ada belahan di bagian tengahnya. Makanan ini mirip dengan onde-onde namun bertekstur keras dan tidak berisi. Lalu ada kerupuk bawang, dan tuak atau Batak wine. (*)

Share :

Baca Juga

Wisata & Budaya

Menpareparekraf Harap The Hub Equestrian, Archery and Coffee Alternatif Destinasi Wisata Halal di Jakarta

Wisata & Budaya

Menparekraf Buka “Festival Gunung Slamet 2024” di Purbalingga Jateng

Berita

Menparekraf Tawarkan Investasi Pariwisata ke Pengusaha Properti Dubai

Wisata & Budaya

Kunjungan Wisman Periode Januari – Mei 2024 Naik 23,78 Persen

Berita

Perputaran Ekonomi Sektor Parekraf Selama Lebaran Capai Rp369,8 Triliun

Wisata & Budaya

Desa Wisata Arborek Masuk 50 Besar Desa Wisata Terbaik

Wisata & Budaya

Perayaan Hari Puisi, Fadly Zon akan Bacakan Pidato Kebudayaan¹
Nigeria

Berita

Museum Nasional Seni Afrika di Washington Mulai Kembalikan Perunggu Benin ke Nigeria