DeFACTO.id – Kehidupan ini memang aneh. Bagaimana tidak? Berangkat dari seorang gelandangan dan pemulung, dalam perjalanan waktu akhirnya bisa mendirikan sebuah panti lansia yang sekarang ini merawat 111 lansia kaum duafa.

Rama Phillip, begitu sapaan akrap laki-laki 40 tahun itu. Tubuhnya kurus, tinggi berambut gondrong. Sepintas orang tidak akan percaya dan tidak akan menyangka bahwa dia seorang pemulung yang kini memiliki sebuah panti sosial milik pribadi. Panti yang diberi nama Panti Duafa Lansia ini, didirikan di Desa Ngasinan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo.
Awal mulanya ia hidup sebagai pemulung di Kota Reyog Ponorogo. Sebagai anak desa berusia 14 tahun saat itu, ia memberanikan diri pergi dari desanya di Ngasinan untuk mengadu nasib. Itu dilakukan lantaran dia sebagai anak keluarga miskin. Tanpa bekal ketrampilan secuil pun menggelandang. Untuk penyambung hidup, dia pun jadi pemulung juga pengamen.

Bertahun-tahun kehidupan semacam itu dijalaninya hingga dewasa dan menikah dengan Sri Sunarmi. Kini dikaruniai seorang anak.
Dengan ekonomi yang pas-pas keluarga itu semula mengontrak sebuah rumah kecil, sederhana. sehari-hari makan seadanya . Tak jarang suami istri dengan satu anak ini makan nasi aking (nasi sisa yang sudah dikeringkan).
Waktu itu tahun 2015, sepulang mengamen, Rama melihat seorang buruh panggul yang sudah tua renta di Pasar Pon Ponoreogo. ‘’Setiap hari tidurnya di sudut pasar itu juga,’’ ceritanya.
Rama merasa kasihan. Sudah setua itu, bekerja kasar sebagai buruh panggul. Apalagi tidur pun di tempat seadanya di sudut pasar yang kotor. Ia terketuk hatinya dan mengajak lelaki tua itu tidur di rumah kontrakannya yang sempit. Karena kurang leluasa, ia pun menyewa satu kamar lagi di situ untuk ditinggali pak tua tadi.
Ternyata di kemudian hari, beberapa teman orang tua itu pun ikut nebeng tidur di situ. ‘’Sampai sembilan orang hingga berjejalan di kamar sempit itu,’’ kisahnya.
Ia trenyuh. Ketika mendapat rezeki, ia dan istrinya sepakat mengontrak rumah yang agak gedean. Rumah kontrakan itu akhirnya jadi rumah singgah. Padahal di tahun 2016 itu kehidupannya masih juga belum beranjak. Tapi dengan ketekunannya apalagi ditambah belajar servis lampu bekas. Akhirnya sedikit demi sedikit ekonomi keluarganya mulai membaik. Bahkan saking terkenalnya hingga namanya pun dikenal sebagai Rama Phillip. Seperti lampu yang sering di-service-nya.
Tuhan akhirnya membalik kehidupan Rama. Sebagai tukang lampu, rezekinya semakin mengalir deras. Akhirnya rumahnya di desa pun diubah menjadi Panti Duafa Lansia.

Panti yang terletak di Ngasinan, Kecamatan Jetis , Kabupaten Ponorogo semakin lama semakin dikenal orang. Pun semakin banyak lansia yang dirawatnya. Mereka rata-rata tidak mempunyai keluarga dan terlantar di jalanan. Dengan tekat kuat yakin dan iklas Rama merawat mereka semua tanpa pamrih. ‘’Saya tak pernah berpikir bahwa akhirnya saya bisa seperti ini. Tidak hidup menggelandang lagi,’’ katanya sambil menerawang jauh.
Namun kesabaran dan keikhlasanya yang bagi orang lain dipandang sebelah mata, bahkan sempat dicibir. Hari demi hari rejeki yang datang semakin meningkat. Sehingga saat ini mampu merawat 111 lansia bersama istri dan relawan-relawannya.
Apalagi yang dirawat bukan hanya lansia sehat saja. Ada yang sudah ngebrok kalau BAB, ada yang sakit-sakitan bahkan ada yang stroke segala. Karena itulah secara berkalau petugas dari Dinas Kesehatan Ponorogo rutin memeriksa kesehatan mereka.
Dan kini ia sudah mampu membangun rumah panti yang lebih layak untuk para lanzia. Apalagi bantuan dari berbagai pihak dan para donatur terus mengalir. Rama punya prinsip pantang mencari bantuan melalui proposal. Apalagi mencari sumbangan lewat kotak amal.
‘’Biarkan mereka terketuk hatinya sendiri jika memang ingin menyumbangkan riskinya. Kita tak perlu memintanya,’’ ujarnya.
Dengan postingan di media sosial , sudah banyak para donatur yang menyumbang berupa barang, sembako maupun uang. Ada yang ditransfer ada juga yang datang secara langsung. ‘’Dengan ikhlas bersedekah, Allah ternyata mengalirkan rezekinya. Apalagi rezeki itu juga untuk merawat orang lain yang menderita.’’
Mengapa Rama merawat orang-orang telantar di jalan.?? Semua itu, katanya, semata-mata demi kemanusiaan.. Rama tahu dan pernah bertahun-tahun lamanya mengalami betapa susahnya hidup di jalanan, tidur di emperan dengan perut lapar dan dingin yang menusuk. ‘’Saya hanya ingin bisa sedikit memberi kebahagiaan, rasa aman dan kenyamanan di usia senja bagi para lansia,’’ akunya.* Yuliana.