Solo (Surakarta) menjadi salah satu dari beberapa kota di Indonesia — khususnya di Jawa — yang masih mengijinkan becak beroperasi.

Kendaraan roda tiga yang digerakan oleh tenaga manusia ini, masih tetap bertahan di tengah gempuran angkutan aplikasi yang murah dan mudah didapat.

Nasib becak sebagai salah satu moda transportasi di Kota Solo kian memprihatinkan. Para tukang becak mengeluhkan kian sepinya penumpang dan pemerintah belum punya solusi terbaik untuk mereka.

Katno, bukan nama sebenarnya, lelaki yang sudah berumur hampir 70 tahun, menyadari betapa masyarakat sudah tidak terlalu memerlukan angkutan yang lamban seperti becak. Tetapi menurutnya, menjadi pengemudi becak adalah satu-satunya pekerjaan yang masih bisa dijalani.

“Sekarang semakin sulit mendapatkan penumpang Mas. Dari pagi sampai jam segini, saya belum dapat satu penumpang pun,” keluh Katno, seorang pengemudi becak yang mangkal di pinggir jalan bundaran depan Monumen Pers Solo, dua hari lalu.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Solo mencatat pada 2018 lalu ada 4.235 becak yang tersebar di berbagai kelurahan di Kota Bengawan. Tetapi pemerintah juga tidak bisa mengeluarkan larangan beroperasi bagi becak, karena menyangkut nasib warganya yang butuh pekerjaan.

Melihat kondisi pengemudi becak di Solo memang ironis. Solo merupakan salah satu kota yang masih memiliki raja dengan keratonnya yang masih terawat. Dari kota ini pula presiden Indonesia saat ini Ir. Joko Widodo berasal. Dan dua First Lady Indonesia — Ibu Tien Soeharto (almarhum) dan Ibu Iriana — juga lahir di Kota Solo.